Jakarta, CNN Indonesia -- Anak-anak dari keluarga yang sering berpindah-pindah tempat bisa mengalami depresi dan gangguan sosial loh. Beberapa keluarga sering melakukan perpindahan tempat tinggal karena suatu alasan. Bisa karena kebutuhan ekonomi atau sebab lainnya.
Jika terlalu sering berpindah rumah, pertimbangkan juga pendapat anak. Apakah ia nyaman berpindah-pindah tempat tinggal?
Dalam studi Boston College yang muncul dalam jurnal Child Development, sebanyak 19.162 anak-anak dari jenjang usia TK hingga SMP, mengalami akumulasi reaksi yang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat dari anak yang berada dalam kebiasaan keluarga yang tinggal statis dan anak dari keluarga yang sering berpindah rumah.
Seringnya berpindah dari lingkungan satu dengan lingkungan baru membuat anak kurang stabil, sulit konsentrasi dan hiperaktif. Anak yang menetap dalam satu titik dinilai lebih fokus dan dapat mengatasi masalah dengan baik.
Tetapi penelitian ini juga menyinggung peran sekolah. Jika sekolah berperan penting, maka dampak perpindahan dapat membuat anak lebih pandai mengendalikan perubahan. Mudah bergaul dan pandai meyesuaikan diri dalam berbagai kondisi lingkungan.
Sayangnya banyak kasus, jika anak berpindah tempat tinggal, maka berpindah pula sekolahnya. Hal seperti ini yang membuat anak tidak stabil, sulit fokus dan mengabaikan prestasi. Mereka akan berpikir jika merasa kesulitan belajar, nanti tinggal pindah sekolah saja.
(ded/ded)