Warnai Harimu, Bukan Warnai Makananmu

Moh. Fariansyah | CNN Indonesia
Senin, 27 Jun 2016 11:04 WIB
Hati-hati memakan jajanan yang dijual di jalanan atau kaki lima. Waspadai perwarna makanan yang membahayakan kesehatanmu.
Ilustrasi (Pixabay/PDPics)
Jakarta, CNN Indonesia -- Minggu (8/6/12), aku berjalan-jalan di sebuah pasar kaget yang lokasinya berdekatan dengan asrama yang kutinggali di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Saat tengah berjalan, pandangan mataku tak sengaja memunculkan gambar suatu benda manis di pikiranku, ya aku melihat gulali, makanan manis yang sangat digemari anak-anak.

Kondisi tersebut sontak membuat memori pikiranku bekerja dan teringat memori masa kecilku. Gulali, sosis, permen, es rentengan, hingga cilok kusantap dengan polosnya kala itu tanpa memperdulikan bahayanya.

Kini kondisi saat aku beranjak dewasa telah banyak berubah, namun tidak dengan berbagai jajanan tersebut. Entah banyak atau tidak, namun ada saja kasus keracunan makanan yang muncul di media. Hal itu menunjukkan jika penggunaan bahan berbahaya dalam makanan masih marak dilakukan oleh oknum.

Anak kecil yang awalnya ingin mewarnai harinya dengan makanan yang menarik dan lezat, justru sangat berpotensi untuk memakan makanan yang diwarnai. Padahal, penggunaan pewarna sintetis secara berulang dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan reaksi alergi, hiperaktif pada anak, gangguan pencernaan hingga memicu timbulnya kanker.

Angin segar untuk manusia-manusia yang terjebak dalam situasi tersebut mulai berhembus. Dari Timur Pulau Jawa, lima mahasiswa kreatif dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya Malang (UB) menciptakan inovasi berupa mesin ekstraksi pewarna alami.

Kelima mahasiswa tersebut adalah Bima Adinugraha (Keteknikan Pertanian, FTP, 2013), Ahmad Munawir (Keteknikan Pertanian, FTP, 2012), Mas Wisnu Anindtya (Keteknikan Pertanian, FTP, 2013), Khoirul Anam Asy Syukri (Keteknikan Pertanian, FTP, 2014), dan Giovanna Aliefia Madjid (Keteknikan Pertanian, FTP, 2014). Di bawah bimbingan Bapak Yusron Sugiarto, STP., MP., M.Sc.

Automatic Food Colour Extractor (TOTAL FLEX) merupakan nama yang dipilih untuk mesin inovatif ini. Mesin ini mengelaborasi teknologi pemanasan berbasis Electroconductive Heating dengan menggunakan sistem otomatis. Electroconductive Heating merupakan teknologi pemanasan yang memanfaatkan nilai hambatan pada bahan untuk menghasilkan panas internal.

Teknologi ini memiliki keunggulan di antaranya proses yang cepat sehingga meminimalisir kerusakan pigmen dan vitamin, meningkatkan efisiensi zat terlarut sehingga meminimalisir penggunaan pelarut, meningkatkan hasil ekstraksi produk, dan memiliki efisiensi energi lebih dari 90 persen.

Lima mahasiswa tersebut mengklaim bahwa mesin TOTAL FLEX mampu mengungguli metode water batch dan microwave assisted yang telah ada lebih dulu dari segi kandungan konsentrasinya. “Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai absorbansi sampel dari TOTAL FLEX lebih tinggi dari dua metode tersebut dengan selisih yang cukup besar. Dimana pada sampel kubis ungu nilai absorbansi metode water batch, microwave dan TOTAL FLEX berturut-turut sebesar 1.31, 1.65, dan 2.08,” ujar Bima, ketua kelompok TOTAL FLEX.

Kehadiran mesin ini tentu sangat dinanti oleh masyarakat, utamanya kaum ibu yang sering was-was akan jajanan buah hatinya di sekolah. Hasil riset kelima mahasiswa ini bisa diibaratkan oase dipadang pasir, sangat berharga dan secara normatif harus dikembangkan lebih lanjut. Antar Venus, Dosen Fikom Unpad, pernah berkomentar bahwa seharusnya karya riset tidak hanya tertumpuk hingga lapuk di perpustakaan namun digunakan untuk mengkontruksi ilmu pengetahuan dan mengembangkan sumber daya manusia. Semoga kehadiran mesin ini dapat mewarnai harimu, bukan mewarnai makananmu. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER