Jakarta, CNN Indonesia -- Geografis Indonesia menjadi lintasan katulistiwa. Tepatnya di atas pulau Kalimantan (Borneo), sejarah Indonesia di titik katulistiwa.
Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia, terbagi antara Indonesia, Malaysia dan Brunei. Cukup merujuk dari sejarah kerajaan terakhir Hindu-Budha di bawah pemerintahan kerajaan Majapahit (1293–1527).
Kalimantan pulau berjuta pohon dijuluki hutan tertua di dunia setelah Amazon, hutan ke tiga terbesar dunia dengan keindahan hijaunya hutanku, lebat teramat purba menyimpan rahasia berbagai spesies langka terdapat di dalamnya.
Merupakan habitat bagi spesies langka terancam punah berstatus kritis, sebagai endemis langka, Orangutan, Gajah (Pada tahun 2007 hanya terdapat sekitar 1.000 gajah) Sulit dipahami sesungguhnya. Mengapa hal illegal logging/pembalakan hutan bisa terjadi ya?
Kalimantan, oleh Presiden Republik Indonesia ke-2 Soeharto dinyatakan sebagai Taman Nasioanal Dunia, di dalam wilayah hukum Indonesia. Namun seiring dengan perkembangan zamannya, teknologi dan kebutuhan manusia meningkatkan permintaan kayu dunia.
Setengah dari akuisisi kayu tropis tahunan secara global berasal dari Kalimantan. Bahkan telah terjadi deforestasi luas, lebih dari enam puluh tahun terakhir.
Pada 1980-1990, hutan-hutan Borneo mengalami transisi dramatis. Diratakan pada tingkat tak tertandingi dalam sejarah manusia, dibakar, ditebang, disapu-bersihkan, menjadi lahan terbuka demi satu kepentingan non-ekosistem humanis.
Selain itu perubahan iklim lahan alih fungsi dengan cepat merambah sisa-sisa terakhir dari hutan hujan primer. Sebagian besar dilakukan oleh penebangan hutan ilegal.
Program percepatan penyelamat hutan sepenuhnya, pada akhirnya bukan melulu tanggung jawab pemerintah, sebagai akibat dari deforestasi hutan berimbas kesekian kurun waktu dibayar oleh generasi ke generasi negeri kini dan akan datang, lewat anggaran belanja negara.
Meski program sejuta pohon tengah berlangsung. Tampaknya masih jauh dari harapan, cita-cita kembalinya Indonesia hijau. Kesabaran Indonesia tampaknya belum bisa mengejar kecepatan estafet “pelari-deforestasi.”
Hingga kehadiran Harrison Ford, pertemuannya dengan Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (10/9/2013), membahas isu lingkungan,
global warming, sejajar temuan Ford pada kerusakkan hutan di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, dan Kalimantan.
Presiden Yudhoyono, menjelaskan pada Ford bahwa Indonesia sangat serius, terus berupaya menyelamatkan ekosistem negerinya dalam arti seluas-luasnya.
Siapa yang bersalah? Berhenti menjadi sebuah pertanyaan di titik beku katulistiwa. Masih akan ditanya lagi oleh sekian kurun waktu generasi lagi dan lagi dan entah.
Apakah sebuah negeri akan menyerah? Pada perilaku deforestasi? Salam Indonesia Lestari.
(ded/ded)