Jakarta, CNN Indonesia -- Ada pemandangan berbeda setiap hari Minggu di kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Kalau pada hari biasa kampus ini selalu ramai dengan mobilitas dan kegiatan mahasiswa, berbeda ketika hari Minggu. Kampus Unpad di Jatinangor ramai oleh warga.
Keramaian itu muncul karena adanya pasar mingguan yang selalu ada di sekitar kampus Unpad. Pasar mingguan ini biasa disebut Pasar Minggu Unpad (PAUN). Kenapa disebut PAUN?
Menurut Yaya S. (45 tahun), petugas satpam Unpad, awalnya PAUN bertempat di gerbang lama Unpad sekitar tahun 2007. Kemudian pindah ke dekat Institut Teknologi Bandung (ITB) Jatinangor sekitar tahun 2011 dan hanya bertahan selama setahun, karena tidak diperbolehkan oleh pihak ITB.
Lalu kegiatan ini pindah lagi ke belakang gerbang Unpad yang dekat rektorat atau arah ke Ciparanje jalan ke Kiarapayung, dan bertahan hingga sekarang. Sebenarnya, gerbang belakang Unpad tidak dibuka untuk umum pada Minggu. Namun, tetap saja ada sebagian pedagang yang berjualan di sekitaran kampus Unpad, dan juga banyak mobil dan motor yang parkir di wilayah Unpad.
Menurut pernyataan Satpam, terkadang pedagang yang jualan memasuki wilayah kampus Unpad selalu diusir tapi balik lagi. Satpam sebagai keamanan sebisa mungkin melakukan patroli pagi-pagi supaya tidak banyak pedagang yang jualan masuk ke wilayah Unpad.
Setiap hari Minggu, kampus Unpad ramai dengan warga dan mahasiswa yang olahraga joging, maupun hanya bersantai menghabiskan waktu bersama keluarga, sahabat, teman atau juga dengan pacar. Biasanya orang yang melakukan joging di dalam kampus Unpad, pasti berolahraga ke arah rektorat dan kemudian berakhir dengan berbelanja ke PAUN.
PAUN biasanya sudah ada pada pagi sekitar pukul 06.00 WIB, karena pedagang-pedagang menata tempat jualan terlebih dahulu dan merapikan barang atau makanan sebelum dijajakan kepada pengunjung. Mulai dari pedagang baju, kerudung, kaos kaki, sepatu, pas bunga, cermin, tukang sayur, tukang ayam, tukang obat, kacamata, jajanan seperti cakue, cilok, cimol, manisan mangga, ada tempat bermain anak kereta api mainan seperti di pasar malam, ada juga sewa naik kuda, dan lain sebagainya. Pokoknya di PAUN hampir segala ada, apa yang dibutuhkan. Kemudian PAUN biasanya tutup pada siang pukul 12.00 WIB.
Macet sudah merupakan kebiasaan dalam lalu lintas di Indonesia. Hal serupa juga terjadi di PAUN, karena banyaknya pedagang dan pengunjung sehingga membuat sebagian ruas jalan tertutup oleh lautan manusia yang rela berdesak-desakan untuk melihat kanan kiri barang dagangan yang dijajakan diruas jalan. Meskipun PAUN ramai dan berdesak-desakan, serta macet, tetap saja PAUN memiliki daya tarik yang cukup tinggi.
Pedagang pun memiliki alasan, kenapa memilih berjualan di PAUN. “Karena banyak pengunjung dan ramai. Saya sudah lama jualan di PAUN, sudah lima tahun, dulu lama jualan di depan Unpad, terus pindah ke ITB setahun, lalu terakhir di belakang gerbang Unpad saya baru jualan setahun. Selain itu saya biasa jualan di pabrik selain di PAUN, lebih laku jualan di PAUN. Karena, di pabrik banyak yang jualan kue seperti saya, kalo di PAUN cuman saya yang jualan kue, jadi lebih laku. Keuntungan yang di dapat pun cukup besar karena seminggu sekali, kalo di pabrik pengunjungnya bosen kalau beli kue terus, kadang lakunya sedikit,” ujar Mila (47) penjual kue yang merupakan pendatang dari Medan dan tinggal di dekat pasar sehat Cileunyi.
Selain pedagang yang biasa berjualan di PAUN, ada juga mahasiswa-mahasiswa yang berjualan. Contohnya, Tika (19) mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Tika memanfaatkan PAUN sebagai sarana berjualan, karena ada tugas kewirausahaan. Berjualan di PAUN, barang dagangannya laku.
Adanya PAUN, Tika bersama teman-temannya merasa terbantu. Di PAUN akomodasinya cukup murah, untuk retribusi Rp. 30.000, kebersihan Rp. 2000, dan untuk lalu lintas Rp. 7000. Jadi, totalnya Rp. 39.000 per minggu untuk menyewa lapak untuk jualan. Izin PAUN dikelola oleh pihak yayasan bukan dari Unpad. Ada Paguyuban Warga Jatinangor (PWJ) yang mengelola perizinan PAUN.
Banyak pengunjung yang senang dengan adanya PAUN, seperti Regin (20) mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, yang mengaku suka belanja di PAUN. “Pertama, karena dekat, kedua, lebih murah, dan yang ketiga, banyak variasi jualannya gitu. Biasanya saya beli yang saya butuhkan sama yang saya inginkan saja, seperti beli ikan hias, cemilan-cemilan, dan kerudung,” ujar gadis berkerudung putih sambil menenteng kresek hitam yang berisi belanjaan.
PAUN memang menarik perhatian, meskipun sekarang berpindah ke gerbang belakang Unpad. Tetap saja PAUN selalu ramai dan menjadi tempat favorit warga dan mahasiswa di Jatinangor untuk berbelanja barang dan jajanan murah.