Cara Asyik Mempromosikan Bahasa Daerah

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 01 Nov 2017 10:35 WIB
Saat ini sangat kurang orang menggunakan bahasa daerah. Belum lagi ancaman punahnya bahasa daerah. Lalu bagaimana cara asyik mempromosikan bahasa daerah?
Sudah semakin sedikit orang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Bagaimana mempromosikan bahasa daerah supaya tak punah, dengan asyik? (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)
Bandung, CNN Indonesia -- Beberapa waktu lalu, mengutip dari detik.com, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam rapat koordinasi nasional ke-III tahun 2017 merencanakan 100 premier event berskala internasional untuk menarik wisatawan ke Indonesia. 100 event tersebut rencananya akan diselenggarakan pada 2018.

Dengan diadakannya 100 event tersebut, Kemenpar menargetkan akan ada 17 juta turis yang mengunjungi Indonesia. Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mengemukakan bahwa setiap daerah di Indonesia harus lebih meningkatkan event berskala internasional untuk masuk dalam agenda 100 event Kemenpar.

100 Event dan Bulan Bahasa
Dalam membuat event berskala internasional, ada beberapa hal yang harus diperhatikan setiap daerah di Indonesia. Pertama, timeline kegiatan. Timeline kegiatan ini diharapkan disusun dengan baik, rapi, dan jelas. Timeline yang baik pun nantinya membuat turis mancanegara dapat merencanakan agenda di Indonesia dengan baik.

Menpar Arief Yahya mengatakan bahwa event sebaiknya terdiri dari pre-event, on-event, dan post-event. Dengan adanya tiga rangkaian ini, diharapkan semakin banyak lagi turis yang mau mengunjungi Indonesia. Selanjutnya adalah konten yang akan ditunjukkan kepada turis. Hal ini sangat diperlukan setiap daerah. Misalnya saja pertunjukan tarian daerah, tur wisata keliling daerah, dan sebagainya.

Untuk timeline dan konten, sebaiknya setiap daerah dapat membuat momentum yang baik di Oktober. Hal ini dikarenakan Oktober diperingati juga sebagai Bulan Bahasa. Setiap daerah dapat membuat event yang berkaitan dengan bahasa. Misalnya saja festival budaya (nama daerah) 2018, yang agendanya adalah pertunjukan seni daerah, pembacaan karya-karya sastra menggunakan bahasa daerah, dan belajar singkat bahasa daerah.

Turis pun tentu akan menikmati konten-konten acara tersebut. Lalu, di sisi lain pemerintah, baik pusat maupun daerah dapat berbangga hati karena acara tersebut pun bisa menjadi wadah pelestarian bahasa daerah.

Seperti yang kita ketahui, saat ini jarang sekali masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Kalangan muda seperti pelajar atau mahasiswa pun biasanya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bahkan, terkadang bahasa yang digunakan pun adalah bahasa yang terkesan gaul dan kekinian.

Tak hanya itu, perkawinan campur juga menjadi faktor jarangnya masyarakat Indonesia menggunakan bahasa daerahnya. Hal ini dikarenakan orang tua sang anak lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan misalnya bahasa Minang atau Sunda.

Data dari Kemendikbud menyebutkan, ada 11 bahasa daerah yang punah dan empat lainnya berstatus krisis atau sangat terancam. Contoh bahasa daerah yang hampir terancam adalah bahasa daerah Ibo di Maluku yang tinggal empat orang penuturnya. Sebagai pengetahuan kita bersama, Indonesia mempunyai 726 bahasa daerah, atau 640 bahasa menurut versi Unesco.

Karena itu, konten event internasional apa pun yang menjadi bagian agenda Kemenpar seharusnya ada pembacaan karya-karya sastra dan belajar singkat bahasa daerah. Dengan konten-konten seperti itu dapat dipastikan bahasa daerah bisa lestari. Apalagi kalau acara tersebut terus diadakan tiap tahun, diadakan oleh daerah yang sama, dan yang lebih keren lagi kalau Kemenpar bisa menargetkan lebih dari 100 agenda pariwisata untuk tahun-tahun berikutnya.

Sayangnya, menurut Arief Yahya seringkali penyelenggaraan event di daerah bisa berubah, karena gubernurnya, wali kota atau bupatinya kebetulan berhalangan pada hari-H. Seharusnya kepala daerah bisa berkomitmen untuk membuat agenda pariwisata dan yang terpenting sekali lagi adalah melestarikan bahasa daerah. Kalau perlu, dibuatkanlah suatu aturan yang mengatur tentang promosi pariwisata dan bahasa daerah setempat. Terutama juga untuk bahasa daerah yang mau punah.

Namun, konten dan timeline yang baik pun harus digencarkan pula promosinya. Pemerintah daerah pun bisa mempromosikan hal unik yang akan didapat oleh turis nantinya. Ingat juga promosi tersebut harus menjual konten bahasa daerah. Hal ini dikarenakan bahasa tersebut bisa menjadi daya tarik baru dan masyarakat pun nantinya tak segan untuk mempelajari dan melestarikannya. Lalu, kegiatan tersebut dapat meminimalisir jumlah bahasa daerah yang mau punah.

Selain melalui acara pariwisata yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah setempat, agenda pariwisata pun bisa dibuat oleh masyarakat. Beberapa festival yang diselenggarakan secara independen oleh masyarakat di antaranya adalah Festival 5 Gunung, Bakar Tongkang, dan Art Jog.

Pada tahun ini, Festival 5 gunung mempunyai pra-acara yakni peluncuran antologi puisi Menari Bersama Hujan. Apabila konten acara menyisipkan pelestarian bahasa daerah, maka bisa saja Festival 5 Gunung mempunyai pra-acara yang bertajuk peluncuran antologi puisi Menari Bersama Hujan (versi Bahasa Sunda). Bahkan bisa juga acaranya itu ada pemecahan rekor MURI pembacaan suatu karya puisi yang terkenal tetapi dibacakan dengan bahasa daerah setempat. Bisa juga dibacakan dengan puluhan atau ratusan bahasa daerah di Indonesia.

Kalau hal itu terjadi, pelestarian bahasa daerah pun bukan hanya mimpi belaka. Semoga saja bahasa daerah di seluruh Indonesia selalu lestari.

Rio Feisal
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER