Puisi: Bumi Pertiwiku

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Sabtu, 11 Nov 2017 07:49 WIB
Karena kini bumi pertiwi semakin terlupakan. Terlupakan untuk selalu dijahit karena tak sedikit robet dan riak-riak kecil pemecah.
Ilustrasi bendera raksasa di Padang, Sumatera Barat. (Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bumi pertiwiku,

Tempat aku berdiam juga mencari

Berdiam bukan berarti berpangku tangan.

Mencari sesuatu yang belum pernah dicari,
tentang arti jati diri,

Ragam rasa sebagai penanda jiwa juga raga.

Pertiwiku tempat mengadu, bukan menghasut
Darah merah, tulang putih jiwa raga kita para anak bangsa

Menjadi satu tanpa rancu bersatu.
Menjadi seragam dalam berjuang, mengabdi, mencapai, meraih cita-cita bumi pertiwi

Karena kini bumi pertiwi semakin terlupakan

Terlupakan untuk selalu dijahit karena tak sedikit robet dan riak-riak kecil pemecah

Bukan pemecah tetapi satu untuk berpadu

Membangun pertiwi yang semakin mandiri
Semakin sehat dari sakit penyakit

Menjahit untuk merajut meraih mimpi, tak sekedar mandiri

Tetapi

Jua bersatu berarti bagi negeri

Janji moyang dan pertiwi untuk terus merawat negeri hingga nanti

Jangan sekedar janji namun realisasi pasti.
Bumi Pertiwiku,

Ragam satu kesatuan terbalut dalam dirimu,
Membalut sebagai pemersatu,
Bukan pemecah menjadi resah,

Riak bukan untuk diladeni tetapi disikapi dirajut.

Dirajut merajut dalam bingkai kesatuan membangun negeri

Bukan memecah dengan amarah

Bumi pertiwi sebagai inti.
Mencari asa seribu bahasa tetap satu bangsa untuk dijaga,

Ibu pertiwi menjadi kunci dan janji oleh pendiri agar nanti tak disakiti.

Ketapang, Kalbar, 01 Nopember 2017
Petrus Kanisius-Yayasan Palung (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER