Ketapang, CNN Indonesia -- Bertepatan dengan hari Pahlawan pekan lalu, Yayasan Palung memberikan materi literasi terkait lingkungan hidup di SMA PL St. Yohanes Ketapang, Kalimantan Barat. Para siswa itu tampak antusias mengikuti kegiatan.
Materi yang diberikan tentang sampah. Ajakan bagi generasi muda untuk Ayo Go Green atau dengan kata lain, mengajak generasi muda berperilaku peduli dengan lingkungan dari hal-hal kecil di sekitar.
Narasumber adalah Terri Lee Breeden selaku direktur Yayasan Palung. Terri, demikian ia disapa sehari-hari, dalam presentasinya antara lain mengajak generasi muda untuk peduli lingkungan sekitar salah satunya peduli terhadap persoalan sampah yang ada di sekitar kita, baik di lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan keluarga.
Dalam penyampaian presentasi tersebut, siswa-siswa juga diajak untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan air minum kemasan. Anjuran menggunakan wadah botol air minum yang bisa digunakan berulang kali salah satu cara untuk mengurangi sampah plastik.
Lebih lanjut, Terri mengatakan, persoalan sampah saat ini sudah menjadi persoalan banyak negara tidak terkecuali Indonesia. Tidak sedikit sampah plastik yang terbuang dan tidak diperhatikan atau juga banyak juga sampah yang tidak diolah dengan bijaksana, atau banyak yang dibuang sembarangan.
Dalam presentasi terkait ajakan untuk go green tersebut, Terri juga menyampaikan bagaimana perilaku kita saat ini dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya: ke mana-mana naik sepeda motor, mobil, pesawat, punya banyak barang kosmetik, tisu, dan kantong plastik, selalu ganti gadget, sering beli baju, sepatu, sandal dan tas baru.
Data menyebutkan, setiap tahun, setiap orang di Indonesia menggunakan 700 kantong plastik. Ini artinya setiap hari rata-rata menggunakan dua kantong plastik. Hasilnya, Indonesia membuang 4000 ton sampah kantung plastik per hari, setara dengan berat 16 Boeing 747.
Tidak hanya itu, Indonesia pun menghabiskan sekitar 100 miliar kantung plastik per tahun. Untuk membuat kantung plastik dalam jumlah itu diperlukan 12 juta barel minyak bumi per tahun, atau seharga Rp11 triliun.
Seperti diketahui, kantong plastik butuh waktu seribu tahun untuk bisa terurai atau dengan kata lain umur plastik sama dengan 10 kali umur manusia baru bisa terurai atau hancur.
Pada sesi diskusi, kami juga menanyakan kepada peserta yang ikut dalam kegiatan literasi tersebut, apakah mereka sering membeli air minum kemasan dan sering menggunakan kantong plastik dan siapa yang membawa wadah atau tempat (botol) dari rumah untuk air minum.
Beberapa terlihat ada yang membawa botol minum sendiri dari rumah dan kebanyakan dari mereka belum membawa. Dua di antara mereka yang membawa botol air minuman sendiri saat ditanyai adalah Anita dan Afril.
Mereka juga ditanyai apa kira-kira solusi yang bisa ditawarkan untuk bijaksana terhadap sampah dan lingkungan? Salah satunya dengan menggunakan botol air minum yang bisa diisi ulang.
Selain juga bisa menerapkan 3R: Reduce (Mengurangi), Reuse (Memakai kembali) dan Recycle (Mendaur ulang).
Tidak kalah pentingnya, kepedulian, serta mau memulai kesadaran dari diri sendiri, salah satunya memilah sampah organik dan anorganik. Tidak hanya itu, terapkan 2R+, yaitu Refuse (Menolak), maksudnya menolak menggunakan kantong plastik dan ganti dengan tas kain saat berbelanja, dan Respect (Menghormati), yaitu peduli dengan sampah serta lingkungan sekitar salah satunya mengurangi penggunaan tisu, hemat air dan listrik, kurangi makanan siap saji.
Harapannya siswa-siswi dapat memulai peduli dan bijaksana terhadap sampah serta lingkungan. Dengan demikian, ada cara sederhana bagi siapa saja untuk turut serta menjaga dan merawat bumi kini hingga nanti.
(ded/ded)