Yogyakarta, CNN Indonesia -- Saat daya juang dan ketekunan melemah, banyak mahasiswa memandang tidak adanya motivasi lagi dalam dirinya. Pada akhirnya tidak bersemangat mengerjakan segala sesuatunya seperti: menyelesaikan skripsi, tugas-tugas dari dosen, atau malas-malasan bangun pergi kuliah.
Lagi-lagi soal motivasi. Bila dulu pemuda-pemudi bangsa ini mempunyai semangat pemuda yang dibangun dari dalam diri mereka sendiri. Lantas pada jaman sekarang kemanakah semangat sumpah pemuda itu?
Perbedaannya adalah zaman sekarang orang ingin mendapatkan semangat untuk mengerjakan sesuatu, tetapi ingin orang lain yang menyemangati. Inilah yang menyebabkan motivasi bisa kendor atau loyo. Padahal, memotivasi diri itu bisa dimulai dari diri kita sendiri.
Bila alasannya tidak mudah membangkitkan motivasi karena gagal, hal ini wajar-wajar saja. Siapapun pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Ada yang bertahan dalam kegagalan ada pula yang bangkit mengatasi kegagalan. Yang paling penting bukan seberapa sering kita gagal, tetapi bagaimana sikap yang kita ambil untuk bangkit kembali dari kegagalan itu.
Dari berbagai sumber dan pengalaman saya secara peribadi. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi perenungan bagi kita dan dapat menggugah kesadaran kita untuk selalu termotivasi dan penuh daya juang:
Pertama, tanyalah pada diri sendiri sampai kapan terpuruk?
Ada banyak orang yang terbebani dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, sampai-sampai ia berlama-lama dalam keterpurukan. Akibatnya, ia tidak mau lagi melakukan sesuatu. Padahal, jika masa-masa keterpurukan itu dijadikan sebagai proses pembelajaran hidup pasti akan beda hasilnya.
Meratapi kegagalan boleh-boleh saja terjadi. Tetapi jangan sampai berlama-lama di sana. Diri kita ini butuh perkembangan, jadi janganlah berlama-lama dalam kubangan kegagalan.
Kedua, tanyalah pada diri saya masih punya mimpi yang harus diwujudkan.
Jika kita sebagai mahasiswa tentu punya mimpi. Pertanyaanya adalah butuh berapa waktu untuk mewujudkannya? Ya. Jika terus-terus menunda alias bermalas-malasan tentu akan lama terwujudnya.
Jika pernah gagal, ambil loncatan untuk yakin. Waktu tidak bisa menunggu. Ingat, detik jarum jam kan terus bergerak dan tak dapat terulang lagi, detik berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan, dan bulan akan berganti tahun. Umur pun bertambah.
Bahkan setiap hari, seiring waktu yang terus berjalan, begitu banyak hal berubah. Tren berganti-ganti, teknologi beralih menjadi lebih canggih, sampai pola hidup orang bisa berubah-ubah. Jika demikian, bila kita tidak segera bangkit dan berbenah diri, akan ketinggalan.
Ketiga, tanyakan pada diri bahwa saya masih memiliki kehidupan ke masa depan.
Kesempatan menjalani hidup di dunia hanya sekali, sekali kesempatan meraih mimpi kita. Untuk itu, pada saat mengalami kegagalan pikirkanlah bahwa ketika kita mengalami kegagalan, pikirkanlah tentang impian dan masa yang akan datang.
Sesungguhnya ada banyak jalan keluar di setiap kegagalan kita. Namun, hal ini seolah tertutup ketika diri sendiri sudah menyatakan menyerah. Ingat walaupun kita tidak tahu kapan impian itu terwujud, satu-satunya jalan adalah menjalani proses menuju perwujudan impian. Akhirnya, katakan pada diri sendiri: “Saya tidak akan mudah menyerah, jika saya menyerah habislah sudah!”
Lio Bijumes
Mahasiswa di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta
(ded/ded)