ESAI: Jejak Aksara di Langit Semesta

Taufan S. Chandranegara | CNN Indonesia
Jumat, 23 Feb 2018 20:23 WIB
Kesombongan tidak menemukan badan, hanya, menemukan intelegensi akal-akalan. Demikian sebaliknya. Intelegensi tak bisa bekerja tanpa jiwa dan badan.
Ilustrasi (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tanah di sini dan tanah di sana berbeda metalurgi. Tak perlu saling memberi pernyataan benar dan salah. Kebenaran ada di kesalahan dan kesalahan ada di kebenaran. Metafisika bukan mistik di horizon, tapi dia kenyataan badan dan jiwa.

Bersatunya keadaan badan adalah bersatunya keadaan jiwa. Jika Barat menyatakan berbeda, karena Barat bukan Timur. Demikian sebaliknya. Jika Selatan menyatakan berbeda karena Selatan bukan Utara. Demikian sebaliknya.

Kesombongan tidak menemukan badan, hanya, menemukan intelegensi akal-akalan. Demikian sebaliknya. Intelegensi tak bisa bekerja tanpa jiwa dan badan, keseimbangan melengkapi personal.

***

Melihat jejak kaki-kaki, telah sekian lama perjalanan menuju entah. Di luar sana, ada banyak persoalan, ada banyak kebaikan dan kebenaran, menimbang, melihat cermin langit, sudahkah langkah itu meninggalkan jejak, pantaskah diteladani oleh siapa saja, penemu jejak itu kelak.

Perjalanan mengalir menuju ufuk di mana saja arah mata angin itu seperti pandang mata menjejak semesta jiwa-jiwa agar terasa damai dari satu kesalahan menuju mungkin kebenaran dan lagi kesalahan, keduanya tak pernah diketahui sebenarnya benar dan sebenarnya salah.

Pada usia siapapun sekarang, di manapun sekarang, benarkah sudah benar jika menulis tentang benar. Benarkah menulis tentang salah itu benar salah. Siapa menilai. Siapa menguji. Siapa mengetahui tentang salah dan benar, sebenarnya salah sebenarnya benar.

***

Tao bukan Ranggawarsita, tapi keduanya bersahabat dengan kehidupan. Kata air bagi Tao adalah kata batin bagi Ranggawarsita. Keduanya, kehidupan berada di filosofi.

Ilmu tidak menemukan jiwa dan badan, maka, ilmu tak menemukan tujuannya. Tak ada tujuan, tak akan lebih baik. Sebab akal budi bermanfaat bagi air memantulkan langit, gemintang, rembulan dan matahari.

Maka ilmu akan berkaca pada alam. Ilmu bergantung pada kekuatan akal budi, mengolah langit di dalam dan di luar badan. Intelegensi menjadi sarana transmisi refleksi fisika bagi badan.

***

Perjuangan untuk tanah anak negeri. Pada benar menuai darah dan air mata untuk merdeka. Bertemu kosmik kematian. Esa hilang tumbuh berganti. Di sana, barangkali bertemunya hal ihwal ditulis siapapun jawaban bagi pertanyaan.

Di manapun taburkan doa. Di manapun taburkan bunga. Untuk kesuburan negeri tercinta.

***

Timur dan Barat tidak sama. Ke Barat jangan melupakan Timur. Demikian sebaliknya. Utara dan Selatan tidak sama. Ke Utara jangan melupakan Selatan. Demikian sebaliknya.

Kau lahir di Timur, ruhmu ada di Timur. Kau lahir di Selatan, ruhmu ada di Selatan. Kau lahir di Barat, ruhmu ada di Barat. Kau lahir di Utara ruhmu ada di Utara. Keadaan tak selalu sama, disebut keseimbangan antara waktu semesta.

Akal budi titik molekul zat keilahian, mengolah ruh dan badan, mengendalikan intelegensi, di kehidupan, untuk kebaikan. Bukan untuk mengembangkan ilmu mencuri hak-hak negara milik rakyat. Salam Indonesia Unit.

(ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER