Sukabumi, CNN Indonesia -- Kasih ibu memang luar biasa. Contohnya Ibu Eti Sumiati, 44 tahun, yang tangguh dan mandiri, asal Sukabumi, Jawa Barat. Ibu ini rela jadi juru parkir demi menyekolahkan anak-anaknya.
Kesulitan ekonomi yang membelit rumah tangganya, tak membuat Ibu Eti patah arang dan menggantungkan hidup pada orang lain. Setiap hari, dari pukul 07.00 hingga pukul 15.30 WIB, Eti Sumiati menjalankan propesi sebagai juru parkir di salah satu mini market di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sudah enam tahun Ibu Eti menggeluti profesi ini. Itu terjadi sejak dia ditinggal suami tercinta yang wafat, Bapak Ujang M. Nur. Pada saat itu, tiga anaknya sangat membutuhkan biaya sekolah dan kebutuhan hidup.
Ibu Eti awalnya terpaksa memilih profesi itu. Tapi lama kelamaan dia terbiasa dan akhirnya tak canggung lagi. Apalagi merasa gengsi atau malu. Si ibu bilang, lebih baik jadi tukang parkir daripada mengemis.
Keluarga besar serta kedua anak kembarnya pun demikian. Kata Ibu Eti, anak-anaknya tidak pernah merasa minder mempunyai seorang ibu jadi tukang parkir. Teman-teman sekolah dan tetangganya anak kembarnya yakni Vina dan Vani (16) sudah banyak mengetahui jika Vina dan Vani, ibunya bekerja selaku juru parkir.
“Sejak suami saya meninggal dunia, biaya sekolah dan keperluan sehari-sehari anak-anak yang tanggung saya semua. Alhamdulilah anak yang pertama kini sudah menikah. Sekarang saya hanya membiayai anak kembar perempuan saya yang masih sekolah di kelas II SMA Negeri Cisaat,” ujarnya.
Dulu perekonomian keluarga Ibu Eti bisa dikatakan cukup berkecukupan. Almarhum ayahnya Oking pernah bertugas sebagai prajurit TNI dengan pangkat terakhir sersan mayor. Sempat berpindah dari satu daerah ke daerah lainpun sempat Ibu Eti alami karena ikut tugas ayahnya.
Begitu pula tatkala Ibu Eti mulai berumah tangga. Kehidupan ekonominya relatif stabil karena suami tercintanya merupakan pegawai perangkat desa di salah satu desa di luar Sukabumi.
“Bapak saya seorang tentara. Saya lahir di Subang sewaktu bapak saya tugas di sana. Suami saya pegawai desa. Kehidupan ekonomi saya dulu cukup mapan. Tapi setelah suami saya meninggal dunia, saya kini yang harus menafkahi anak saya,” tutur perempuan kelahiran tahun 1973 ini.
Dalam sehari, Ibu Eti mengaku pendapatan bersih dari memarkir mobil yang belanja di minimarket tersebut sebesar Rp70 ribu rupiah. Sisanya diberikan ke pihak minimarket sebagai bagi hasil. Penghasilan Rp70 ribu menurut Ibu Eti sudah cukup mampu membiaya kebutuhan sehari-hari anak kembarnya termasuk kebutuhan makan sehari-hari.
Ia biasa mangkal di depan minimarket itu dari pukul 07.00 sampai 15.00 WIB. Bersama adik bungsunya, Ibu Eti dan dua anak kembarnya tinggal di rumah bekas orangtuanya, di Kampung Rambay Kulon Desa Sukamantri RT 38/12 Kecamatan Cisaat.
(ded/ded)