ISIS berkembang di Indonesia karena beberapa faktor. Pertama ada keprihatinan terhadap Suriah yang sudah dua tahun dilanda perang saudara dan ada orang yang memandang mereka wajib untuk menolong saudara-saudaranya yang kesulitan di sana.
Faktor kedua, sebelum diumumkan pada 1 Ramadhan lalu sebenarnya sudah ada kelompok jihad yang senang dengan taktik ISIS sehingga terinspirasi. Mereka menganggap taktik-taktik yang digunakan ISIS berhasil sehingga ingin mengikutinya.
Ini terkait dengan kenyataan bahwa pemimpin Daulah Islamiyah Irak, Abu Musab al-Zarqawi yang tewas di tangan Amerika Serikat, adalah menjadi inspirasi kelompok-kelompok Jihad. Dan Daulah Islamiyah merupakan cikal bakal dari ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor-faktor ini membuat banyak kelompok kecil di Indonesia melakukan upacara baiat.
Kelompok-kelompok di Indonesia ini terinspirasi oleh keberhasilan pasukan ISIS menguasai wilayah sehingga menimbulkan harapan bagi kelompok-kelompok yang berjuang untuk kedatangan Khalifah kembali.
Sebelumnya harapan itu bertumpu pada Afghanistan sebelum pasukan Amerika Serikat dan sekutunya melakukan invasi ke negara tersebut. Setelah Afghanistan tidak lagi dikuasai oleh kelompok Islam radikal, harapan itu beralih ke ISIS.
Memang ancaman dari ISIS di Indonesia tetap ada karena kelompok yang sekarang mendukung gerakan itu di Indonesia adalah mereka yang sebelumnya mendukung teroris. Kebanyakan dari mereka ingin berangkat ke Irak dan Suriah adalah untuk mendapatkan teknik berperang, pengetahuan dan hubungan di tingkat internasional yang lebih baik.
Abu Bakar Baasir sejak tahun 2008 bukan lagi pemimpin Jamaah Islamiyah sehingga langkah baiat ke ISIS yang dilakukannya tidak berpengaruh besar pada kebangkitan terorisme berbasis gerakan ISIS di Indonesia.
Lain halnya dengan Aman Abdurachman, seorang teroris yang ditahan di Nusa Kambangan dan telah dibaiat, karena dia merupakan tokoh dengan pengaruh yang lebih besar daripada Abu Bakar Baasir
Jamaah Islamiyah sendiri masih bisa bangkit kembali di Indonesia, tetapi kelompok ini sangat anti ISIS dan sangat mendukung Front al-Nusran yang merupakan organisasi bentukan al Kaidah Irak di Suriah.
Jika kelompok-kelompok Indonesia, yang sekarang masih keci, ini kemudian menjadi besar dan kuat, ancaman ISIS terhadap Indonesia semakin nyata.
Akan tetapi, situasi di Indonesia saat ini, tidak dalam keadaan perang, tidak sedang diduduki oleh negara asing dan pemerintahnya tidak represif, tidak memungkinkan ISIS berkembang.
Selain itu, ISIS menjadi bibit untuk menyatukan perlawanan terhadap gerakan ekstrimis. Sebelumnya banyak warga yang tidak begitu perduli terhadap teror-teror kecil seperti ancaman bom yang ternyata tidak meledak. Sementara, jika menyangkut ISIS masyarakat luas justru memberi reaksi spenolakan yang cukup besar.
Perlawanan terhadap pengaruh ISIS di Indonesia pun gencar dilakukan oleh kelompok moderat Indonesia melalui media sosial. Perlawanan dari masyarakat biasa lebih kuat daripada langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah.