Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus tewasnya lima wartawan asing di kota Balibo, Timor Leste, 39 tahun silam terancam menguap begitu saja, menyusul keputusan Kepolisan Federal Australia, AFP, yang menutup penyelidikan karena tidak adanya bukti-bukti yang menunjukkan mereka dibunuh tentara Indonesia.
Menurut data National Archives of Australia, insiden itu terjadi saat Timor Leste yang saat itu bernama Timor Timur hendak memproklamasikan kemerdekaan dari pemerintah kolonial Portugis yang ketika itu sudah guncang.
Partai sayap kiri Fretelin lantas memproklamirkan kemerdekaan dari Portugal pada tahun 28 November 1975 saat terjadi kekosongan kekuasaan di Timor Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia langsung melakukan invasi menuju Timor Leste, dimulai pada 5 Desember 1975, dengan dukungan dari Amerika Serikat yang khawatir Fretelin akan membangkitkan paham komunis di Asia Tenggara, setelah sebelumnya Barat kalah perang dari Vietnam.
Sebelumnya pada Oktober 1975, lima wartawan televisi yang berbasis di Australia tiba di Timor Timur, tepatnya di kota Balibo, meliput kisruh politik di wilayah tersebut untuk stasiun televisi Channel 7 dan Channel 9 Australia.
Mereka adalah Greg Shackleton (29) dan Tony Stewart (21) dari Australia, Gary Cunningham (27) dari Selandia Baru, Brian Peters (24) dan Malcolm Rennie(29) dari Inggris.
Kelimanya dilaporkan hilang pada 16 Oktober 1975, sesaat kemudian dilaporkan ditemukannya mayat-mayat warga Eropa dalam keadaan terbakar, namun belum diketahui apakah itu tubuh para wartawan.
Barulah pada 12 November kematian mereka dikonfirmasi oleh pemerintah Indonesia, dan mayat-mayat mereka diserahkan kepada Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Tanah Kusir.
Peristiwa itu memicu ketegangan hubungan antara Indonesia dan Australia.
Menurut pemerintah Indonesia saat itu, kelima wartawan tewas setelah terjebak dalam baku tembak antara pasukan Fretilin dan rivalnya, Uniao Democratica Timorense (UDT).
PenyelidikanBeberapa penyelidikan dilakukan untuk menguak misteri kematian lima wartawan asing di Balibo mulai dari 1970an hingga terakhir tahun 2009, namun selalu menemui jalan buntu.
Pada tahun 2007, ahli forensi di New South Wales, Dorell Pinch menemukan kelima wartawan itu tewas karena tembakan atau tikaman berkali-kali, bukan karena terjebak pertempuran.
Peristiwa ini menginspirasi film tahun 2009 berjudul Balibo yang dilarang tayang di Indonesia.
Setelah lima tahun berselang, pada Oktober 2014, AFP akhirnya menutup penyelidikan ini karena tidak ada bukti yang kuat.
"AFP menyimpulkan tidak ada bukti yang kuat untuk kasus ini. Jadi, AFP menghentikan seluruh penyelidikan terkait hal ini dan tidak akan melanjutkannya lagi," ujar pernyataan AFP, dikutip dari ABC.
Janda Greg Shackelton, Shirley, geram atas keputusan AFP tersebut dan akan mengajukan gugatan ke pengadilan tinggi.
"Kau membunuh lima orang, dan itu bukan merupakan pelanggaran? Bagaimana jika ini terjadi pada putramu, atau ayahmu?" kata Shackleton, dikutip dari News.com.au (21/10).