Seattle, CNN Indonesia -- Untuk pertama kalinya dalam 35 tahun, produsen pesawat asal Amerika Serikat Boeing kembali menjual produk mereka ke Iran, setelah kerja sama dihentikan akibat sanksi Barat menyusul penyanderaan di Kedutaan Besar AS di Teheran tahun 1979.
Diberitakan Reuters (22/10), perusahaan penerbangan dan pertahanan asal Chicago itu akan menjual dokumen manual pembuatan pesawat terbang, skema rancang, tabel dan data navigasi ke industri penerbangan sipil Iran.
Penjualan tidak termasuk suku cadang pesawat seperti perkiraan semula. Padahal, pesawat milik maskapai Iran Air telah menggunakan unit Boeing dan Airbus lawas yang sudah dioperasikan sejak tahun 1978.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beoing dan General Electric mengatakan April lalu bahwa mereka telah mendapatkan lampu hijau untuk ekspor ke Iran dari Badan Pengendalian Aset Asing setelah dicapainya kesepakatan penghentian sementara sanksi terhadap Iran Januari lalu.
Boeing mengatakan akan menjual suku cadang ke Iran di masa depan, namun masih enggan menjabarkannya lebih lanjut.
Penjualan Boeing ke Iran menambah pemasukan ke perusahaan tersebut sebesar US$120 ribu dan sekitar US$12 ribu laba bersih dalam kuartal ini, jumlah yang tidak seberapa besar jika dibandingkan penjualan Boeing sebesar US$23,7 miliar di kuartal sebelumnya.
Penjualan ini adalah bagian dari tarik ulur dalam negosiasi nuklir antara Iran dengan negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat.
Pada November 2013, Iran setuju untuk mengurangi aktivitas pengayaan nuklir mereka selama enam bulan sejak 20 Januari 2014, sebagai balasan pengurangan sanksi dari Inggris, Tiongkok, Perancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat.