Jakarta, CNN Indonesia -- Kedutaan Besar Australia di Jakarta membenarkan kasus Balibo dihentikan karena tidak adanya cukup bukti yang menunjukkan pelanggaran telah dilakukan pasukan Indonesia di Timor Leste.
Juru Bicara Kedutaan Besar Australia, Sanchi Davis, kepada CNN Indonesia (23/10) mengatakan Kepolisian Federal Australia, AFP, telah melakukan kaji ulang untuk menyelidiki kasus kematian lima wartawan Australia, Inggris dan Selandia Baru di Balibo, Timor Leste, pada tahun 1975.
"AFP telah mengambil kesimpulan bahwa pada saat ini barang bukti tidak mencukupi untuk menyatakan telah terjadi pelanggaran dalam kasus Balibo," kata Davis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melanjutkan, AFP telah melakukan segala upaya penyelidikan terkait dengan kasus ini dan oleh karena itu tidak akan mengambil tindakan lebih lanjut.
"AFP terus melakukan konsultasi dengan para keluarga korban sepanjang penyelidikan yang rumit dan sulit ini," lanjut Davis.
Kelima wartawan asing itu tewas di Balibo pada Oktober 1975 saat terjadi pertempuran antara dua kubu yang menginginkan kemerdekaan di TImor Leste yang kala itu bernama Timor Timur.
Pada penyelidikan tahun 2007, tim forensik menemukan bukti bahwa kelimanya tewas dieksekusi, bukan akibat terjebak baku tembak seperti yang diklaim oleh pemerintahan Indonesia waktu itu.
Kasus ini sempat membuat tegang hubungan kedua negara.
Shirley, janda salah satu korban tewas, Greg Shackleton, mengaku marah atas keputusan AFP menghentikan penyelidikan dan akan membawa kasus ini ke pengadilan yang lebih tinggi untuk kembali diusut.
Keputusan AFP diambil sehari setelah Perdana Menteri Australia Tony Abbott menemui Presiden Joko Widodo usai pelantikan Senin lalu.
Davis enggan menjawab ketika ditanya hubungan soal hubungan antara pertemuan Abbott dan Jokowi dengan dihentikannya kasus Balibo oleh Australia.
Hubungan kedua negara memang sempat renggang pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono akibat kasus penyadapan dan imigran ilegal.
Davis menegaskan bahwa Australia ingin menjalin hubungan yang lebih baik dengan Indonesia dan bekerja sama dengan pemerintahan baru Joko Widodo untuk kemitraan yang lebih kuat dan komprehensif.
"Perdana Menteri Australia Abbott senang sekali menghadiri pelantikan Presiden Joko widodo di Jakarta 20 Oktober lalu, dan bertemu dengan dia untuk berdiskusi soal bagaimana meningkatkan hubungan bilateral, yang mencakup banyak hal mulai dari politik, ekonomi, keamanan dan peningkatan hubungan antarwarga," ujar Davis.