Washington, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mengambil langkah pencegahan dengan memberikan peringatan siaga satu kepada ribuan tentara marinir AS di seluruh dunia untuk mengantisipasi pemublikasian laporan Senat mengenai teknik interogasi koersif oleh CIA pada Selasa (9/12).
Dikutip dari CNN, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest dalam pertemuan pada Senin (8/12) mengatakan komite Senat telah memberitahu pihaknya mereka akan mempublikasikan laporan interogasi pada Selasa.
Marinir merupakan keseluruhan bagian dari pasukan tanggap darurat yang berposisi di wilayah-wilayah strategis untuk mengatasi krisis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan dikeluarkannya status siaga ini, unit-unit pasukan Marinir mulai dipersiapkan agar dapat dikerahkan dalam waktu dekat ke wilayah-wilayah krisis seperti kedutaan atau pangkalan AS yang berada di bawah ancaman.
Persiapan pasukan Marinir ini di antaranya meliputi 6.200 pasukan yang disebar di beberapa kawasan.
Sebanyak 2.000 tentara Marinir yang kini masih berada di Sigonella, Italia, Moron dan Spanyol, dipersiapkan untuk bersiaga di kawasan Afrika, 2.000 lainnya diposisikan untuk bersiaga di kawasan Timur Tengah di Kuwait dan Irak, sementara sisanya merupakan bagian dari pasukan ekspedisi laut di beberapa kapal yang berlayar di Laut Arab dan Teluk Aden.
Tiga tim lain dengan masing-masing sekitar 50 tentara ditempatkan di Spanyol, Bahrain dan Jepang yang terlatih untuk melindungi kedutaan AS jika berada di bawah ancaman.
Perintah status siaga ini datang dari komandan Komando Pusat dan Komando Afrika, menyusul perintah akhir minggu lalu dari Pentagon bahwa semua standar perlindungan pasukan ditinjau oleh komandan perang di seluruh dunia.
Ketua Komite Intelijen Senat, Diane Feinstein, merupakan salah satu pendukung utama pemublikasian laporan ini. Ia memiliki alasan bahwa laporan ini akan menjadi tantangan bagi nilai-nilai sosial dan konstitusi Amerika.
"Kami harus mempublikasikan laporan ini. Siapa saja yang membaca ini tidak akan membiarkan hal yang sama terulang kembali," ujar Feinstein, seperti dikutip CNN.
Laporan yang dibuat oleh mayoritas komite Demokrat ini akan dipublikasikan melalui sidang panel pada Selasa (9/12), begitu pula dengan kritik panjang tentang laporan tersebut oleh komite Republik dan CIA sendiri.
Laporan yang dibuat selama bertahun-tahun ini mencatat sejarah program CIA yang mencakup ’Eksekusi, Penahanan dan Interogasi' yang disahkan Presiden George Bush setelah serangan 11 September 2001.
Beberapa taktik interogasi yang dimaksudkan untuk memaksa tahanan membocorkan informasi mengenai plot teroris dan jaringan-jaringannya ini melampaui teknik keras yang disahkan oleh Gedung Putih, CIA dan staf Kementerian Peradilan yang bekerja saat Presiden Bush menjabat.
Menurut dokumen rahasia dan laporan investigasi dari banyak media, terdapat fasilitas di mana agen mata-mata secara rahasia memenjarakan tahanan sebagai bagian dari progam.
Penjara rahasiaPada 6 September 2006, Bush secara terbuka mengakui adanya penjara rahasia dan mengumumkan banyak tahanan yang ditahan di sana dipindahkan ke Teluk Guantanamo.
Dikutip dari laporan The Public Record pada April 2010 lalu, sekitar 50 penjara digunakan untuk memenjarakan tahanan di 28 negara di seluruh dunia.
Negara-negara tersebut di antaranya adalah Aljazair, Bosnia, Jibuti, Mesir, Etiopia, Gambia, Israel, Yordania, Kenya, Kosovo, Libya, Lituania, Mauritania, Maroko, Pakistan, Polandia, Qatar, Rumania, Arab Saudi, Suriah, Somalia, Afrika Selatan, Thailand, Inggris, Uzbekistan, Yaman dan Zambia.
Tambahan sebanyak 25 lebih penjara berada di Afghanistan dan 20 penjara berada di Irak.
Selain itu juga terdapat 17 kapal yang digunakan sebagai penjara sejak 2001 lalu sehingga jumlah perkiraan keseluruhan penjara yang dioperasikan AS sejak 2001 menjadi lebih dari 100.
(sumber:
CNN)