Lima, Peru, CNN Indonesia -- Sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon, mengemukakan keprihatinan atas kelambatan mengambil tindakan mengatasi perubahan iklim.
Ban Ki-moon mengatakan tidal ada "waktu untuk bermain-main" dan mendesak perubahan radikal bagi perekonomian yang lebih ramah lingkungan.
Sekjen PBB mengatakan masih ada kesempatan untuk membatasi perubahan iklim hingga mencapai batas atas dua derajat Celcius di atas jaman pra industri untuk membantu mengubah banjir, musim kemarau dan peningkatan permukaan laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi periode ini semakin kecil," ujarnya di depan delegasi dari 120 negara dalam perundingan untuk membatasi peningkatan emisi gas rumah kaca dunia di Lima, Peru.
"Ini bukan saatnya bermain-main; kini saatnya bagi transformasi," ujarnya. Meski sudah ada kemajuan, "Saya sangat prihatin bahwa aksi bersama kita tidak sesuai dengan tanggung jawab bersama yang ada."
"Kita harus bertindak sekarang," ujarnya sambil mendesak keterlibatan sektor swasta yang lebih besar.
Perundingan PBB soal perubahan iklim mendapat dorongan ketika Dana Iklim Ramah lingkungan PBB berhasil mencapai target pengumpulan dana sebesa US$ 10 miliar sebagai modal awal setelah Australia berjanji untuk menyumbang US$166 juta dan US$ 64 juta dari Belgia.
"Kita berhasil mencapai salah satu tonggak psikologi," kata Hela Cheikhrouhou, kepala Dana PBB itu kepada kantor berita Reuters.
Dia mengatakan 24 negara telah bersedia menyumbang sehingga total dana yang terkupul mencapai US$10,14 miliar.
Cheikhrouhou mengatakan dana yang dikumpulkan untuk membantu negara-negara berkembang mengurangi emisi dan beradaptasi dengan perubahasan seperti gelombang panas dan badai yang lebih besar, akan mulai didistribusikan untuk membiayai proyek pada 2016.
Ban Ki-moon mendesak negara-negara maju "memenuhi dan melampau" satu tujuan yang lebih luas yang dicanangkan pada 2009 untuk memobilisasi dana setidaknya US$100 miliar per tahun hingga 2020 untuk membantu negara-negara berkembang.
 Greenpeace memasang spanduk mendukung energi terbarukan di tempat bersejarah Peru. (Reuters/Greenpeace/Handout) |
Perundingan Lima ini mencoba menyusun elemen-elemen rancangan kesepakatan pertemuan Paris yang akan dilaksanakan tahun depan tetapi menghadapi banyak ganjalan terutama mengenai aspek-aspek yang akan dimasukkan.
Menteri Pertahanan AS John Kerry dijadwalkan menghadiri pertemuan ini pada Kamis (11/2).
Negara-negara berkembang berusaha mencanangkan hasil pertemuan yang lebih ambisius, dan sejumlah negara meminta target pengurangan gas rumah kaca hingga nol pada 2050.
Negara-negara OPEC yang khawatir akan kehilangna pendapatan jika ada perubahan ke energi terbarukan, lebih mendukung tujuan jangka panjang yang lebih tidak jelas.
"Kita tidak bisa memiliki kesepakatan perubahan iklim yang mengecam bumi dan manusia hingga tidak bisa digunakan sama sekali untuk membantu memperkaya sekelompok kecil kelompok," ujar Presiden Evo Morales dari Bolivia yang mengecam kapitalisme dan konsumsi.
Ketua badan Energi Internasional, Maria van der Hoeven, mengatakan para peimpin dunia memiliki "kesempatan emas" menurunnya harga minyak untuk menetapkan emisi karbon karena banhan bakar yang lebih murah membuat langkah itu berisiko kecil secara politik.
Sementara itu, pemerintah Peru mengecam Greenpeace karena mamasang spanduk mempromosikan energi terbarukan dekat garis Nazca, relief raksasa dengan gambar monyet, burung dan mahluk padang pasir lain.
Pemerintah Peru mengajukan tuntutan kriminal pada Greenpeace dan meminta hakim melarang para pegiat yang terlibat dalam pemasangan spanduk itu meninggalkan negara tersebut.