REZIM KORUT

Nyawa Penderita Cacat Terancam di Korut

CNN Indonesia
Jumat, 12 Des 2014 04:04 WIB
Bagi Rezim Korut, penyandang cacat mempermalukan rezim penguasa, mereka dibunuh, dibuang atau dijadikan kelinci percobaan senjata kimia atau obat-obatan.
Bagi Rezim Korut, penyandang cacat mempermalukan rezim penguasa, mereka dibunuh, dibuang atau dijadikan kelinci percobaan senjata kimia atau obat-obatan. (Reuters/KCNA)
Seoul, CNN Indonesia -- Nasib warga penyandang cacat di Korea Utara penuh dengan derita, ancaman kematian dan dikucilkan. Hal ini disebut merupakan salah satu cara rezim Korut untuk "membersihkan" masyarakatnya dari warga penyandang cacat, seperti yang dibeberkan seorang pembelot pada media.

Ji Seong-ho, 21, yang kabur dari Korea Utara setelah kehilangan kaki dan tangan kirinya dalam sebuah kecelakaan mengatakan bahwa penyandang cacat dianggap memalukan rezim Korut.

Ji yang tengah menulis soal nasib penyandang cacat di Korut mengatakan bahwa bayi yang mengalami cacat tubuh dibawa dari rumah sakit dan tidak pernah dilihat lagi sejak itu. Dia menambahkan, anak-anak yang mengalami kesulitan perkembangan juga diabaikan hingga tewas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rezim mengatakan: 'Tidak ada orang cacat dalam pemerintahan Kim' dan 'Semuanya setara dan hidup dengan baik'," kata Ji, dikutip dari The Telegraph, Kamis (11/12).

Ji mengatakan, dua pembelot memberitahunya bahwa ada sebuah desa di daerah pegunungan provinsi Ryanggang yang dijadikan tempat pembuangan warga yang mengalami kondisi tubuh kerdil.

"Mereka dilarang meninggalkan tempat itu dan tidak diberikan pertolongan sama sekali. Para prianya dikebiri agar punah. Tidak ada yang tersisa lagi di sana," ujar Ji.

Mantan pasukan khusus Korut yang membelot tahun 1990an, Im Cheon-yong, mengaku melihat sendiri warga cacat yang terdiri dari anak-anak dan dewasa dijadikan kelinci percobaan untuk senjata kimia dan biologi, salah satunya Anthrax.

Menurut dia, rezim Korut "membeli" anak-anak cacat dari orangtua mereka dengan mengaku akan merawatnya. Jika tidak diberikan, maka anak itu akan direbut paksa dengan ancaman.

Selain senjata kimia, warga cacat juga digunakan Korut untuk pengujian medis, seperti percobaan amputasi anggota tubuh.

Dalam studi Aliasi HAM untuk Korut, sekitar 40 persen pembelot mengaku yakin anak-anak cacat dibunuh atau diabaikan hingga tewas, dan 43 persen lainnya mengaku tahu sebuah pulau tempat Korut membuang warga cacat ini.

Ji sempat ke Tiongkok dan mengemis untuk menjalani hidup setelah mengalami diamputasi karena kecelakaan ketika bekerja sebagai penambang batu bara. Dia ditangkap dan diinterogasi selama dua pekan oleh polisi Korut.

"Mereka (Polisi Korut) mengatakan karena saya cacat, saya telah merusak martabat Korut dengan mengemis ke Tiongkok dan telah mempermalukan Kim Jong-il. Mereka mengatakan orang seperti saya sebaiknya mati saja. Itu menyakitkan," kata Ji.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER