Berlin, CNN Indonesia -- Kanselir Jerman, Angela Merkel menghadapi tantangan dari sekutu dan pihak oposisi setelah semakin meningkatnya sentimen anti imigran yang menimbulkan demonstrasi anti Islam yang rutin diadakan di Dresden setiap hari Senin.
Dengan ribuan warga diperkirakan akan muncul pada demonstrasi mendatang, Merkel yang telah menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak 2005 lalu menghadapi dilema.
Di satu sisi pihak keamanan telah memberikan peringatan mengenai semakin meningkatnya tindak kejahatan dengan alasan kebencian, sedangkan di sisi lain Merkel juga menyadari bahwa banyak masyarakat Jerman yang menginginkan kebijakan imigrasi yang lebih ketat.
"Terdapat peningkatan jelas terhadap kejahatan
xenophobic (kebencian terhadap orang dari negara lain) di seluruh negeri," ujar kepala polisi Holger Muench kepada Welt am Sonntag.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat kabar Welt am Sonntag sendiri merupakan salah satu dari sekian banyak media di Jerman yang memfokuskan pada demonstrasi setiap Senin yang dilakukan oleh sebuah kelompok Patiotik Eropa melawan Islamisasi Barat (PEGIDA).
Dengan status Jerman sebagai negara dengan penduduk terbanyak di Uni Eropa, serta status mereka sebagai negara Eropa terbesar yang menerima pencari suaka, Merkel telah menyatakan pada Jumat (12/12) bahwa tidak ada tempat di Jerman bagi kebencian terhadap orang Muslim maupun minoritas lainnya.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Maiziere juga mengatakan tidak ada resiko Jerman akan diislamisasi, tetapi ia melihat adanya potensi bergabungnya PEGIDA dan AfD, yang mencoba untuk menjadikan diri mereka sebagai sebuah partai hukum.
Hal tersebut sendiri telah dilihat oleh pemimpin AfD, Alexander Gauland yang berencana akan hadir di Dresden dalam demonstrasi selanjutnya.
"Kami merupakan sekutu dalam gerakan ini," ujar Gauland.
Potensi bergabungnya PEGIFA dan AfD ini dapat menimbulkan perdebatan tersendiri, terlebih setelah partai Merkel sejauh ini telah menolak menganggap AfD secara diam-diam merekrut ekstrimis sayap kanan, yang sangat anti imigran.
Apalagi gerakan seperti yang terjadi di Dresden juga mulai bermunculan di kota lain, seperti Duesselforf, yang memiliki populasi imigran lebih besar dibandingkan dengan Dresden.
Dalam demonstrasi Senin mendatang, Partai Hijau yang dipimpin oleh Cem Oezdemir juga akan turut meramaikannya.
Namun dirinya beserta partainya akan berada dalam posisi kontra, karena ia merupakan salah satu tokoh yang mendorong Merkel untuk menyadari bahwa Jerman merupakan negara imigran dan dapat memanfaatkan para imigran tersebut.
Oezdemir juga menekankan pada seringnya Merkel menyatakan pentingnya Jerman mendapatkan banyak imigran untuk mendorong tenaga kerja mereka.