Havana, CNN Indonesia -- Normalisasi hubungan Amerika Serikat dan Kuba yang disepakati kedua negara pekan lalu membawa banyak cerita yang tak terungkap sebelumnya. Salah satunya adalah soal kehamilan istri pemimpin mata-mata Kuba yang telah mendekam di penjara di California sejak 2001 silam.
Sebagai bagian dari perbaikan hubungan setelah perang dingin selama lebih dari 50 tahun, AS dan Kuba sepakat untuk saling melepaskan tahanan intel yang ditahan di masing-masing negara. AS telah membebaskan tiga mata-mata Kuba, termasuk diantaranya Gerardo Hernandez, kepala jaringan mata-mata yang dikenal sebagai Jaringan Lebah.
Dalam sebuah tayangan di stasiun televisi lokal, terlihat Hernandez tak henti menebarkan senyum lebar setelah dibebaskan dan tiba di Bandara Internasional Jose Marti, Havana, Kuba pada Rabu (17/12) dan disambut oleh Presiden Raul Castro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hernandez juga terlihat memeluk dan mencium istrinya, Adriana Perez. Namun, perhatian kemudian tertuju pada Perez ketika kamera memusatkan perhatian kepada perutnya yang terlihat tengah hamil besar.
Hal ini kemudian mengundang tanda tanya, karena selama Hernandez mendekam di dalam tahanan, Perez tak boleh datang berkunjung.
 Gerardo Hernandez kembali bertemu istrinya Adriana Perez, setelah lebih dari satu dekade mendekam dalam tahanan di California, AS. (Reuters/Enrique De La Osa) |
Misteri kehamilan Perez dan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya sontak menjadi topik hangat di Havana. Rumor juga beredar seputar kemungkinan pemerintah Kuba mengatur kunjungan suami-istri ini tanpa sepengetahuan pemerintah AS.
Hernandez dan Perez kemudian muncul di sebuah acara televisi lain pada hari Sabtu (20/12) yang menampilkan sejumlah intel Kuba yang ditahan di AS beserta pasangannya. Mereka disambut oleh tepuk tangan riuh dari Castro dan sejumlah pejabat politik dan militer Kuba.
Hernandez terlihat berseri-seri berdiri disamping Perez dengan perutnya yang semakin membesar. Ketika acara selesai, Hernandez berbicara seputar kehamilan istrinya.
"Semua orang bertanya dan kami senang sekali mendengar komentar dan spekulasi yang beredar. Namun, kita tak bisa memberi rincian, karena kami tidak ingin menyakiti orang-orang yang bermaksud baik," ujarnya.
Hernandez mengatakan kehamilan istrinya adalah merupakan hasil dari pembicaraan tingkat tinggi.
"Salah satu hal yang dihasilkan dari pembicaraan tingkat tinggi tersebut adalah ini. Saya harus membuat ini dengan 'remote control'," kata Hernandez, sembari mengelus perut istrinya.
Dua sumber yang terlibat dengan pembicaraan diplomatik menyatakan bahwa selama negosiasi berlangsung, sperma Hernandez dikirim ke Kuba, sehingga Perez dapat menjalani proses inseminasi buatan.
Departemen Kehakiman AS mengkonfirmasi hal ini, namun menolak memberikan rincian.
"Kami dapat mengkonfirmasi Amerika Serikat telah memfasilitasi permintaan Nyonya Hernandez untuk memiliki bayi dari suaminya," kata juru bicara Departemen Kehakiman AS, Brian Fallon.
Proses inseminasi buatan merupakan syarat yang diajukan Hernandez sebagai imbalan dari informasi yang dia miliki soal kondisi Alan Gross, kontraktor AS yang dipenjara di Kuba. Gross telah dibebaskan dari tahanan pekan lalu.
"Mengingat Hernandez dijatuhi dua kali lipat hukuman seumur hidup, permintaan itu diteruskan oleh Senator Patrick Leahy, yang sedang berusaha untuk memperbaiki kondisi Gross sementara yang dipenjara di Kuba," kata Fallon.
Selama 18 bulan, pejabat dari kedua negara berkomunikasi melalui saluran rahasia dan menolak mengakui bahwa mereka menggelar diskusi rahasia, karena ditakutkan kesepakatan kedua negara bisa batal jika diskusi rahasia bocor.
Oleh karenanya, usaha menghamili Perez memerlukan pemotongan birokrasi di beberapa instansi pemerintah AS.
Ketika perut Perez mulai membesar, pejabat dari kedua negara mulai was-was dan bingung bagaimana menjelaskan ke publik jika sang bayi lahir sebelum kedua negara sepakat untuk berdamai.
"Hernandez dijatuhi hukuman seumur hidup dan kemungkinan besar dia akan meninggal di dalam tahanan. Anak ini satu-satunya kesempatan Hernandez untuk memiliki keturunan," kata Tim Raiser, salah satu tim yang membantu perundingan rahasia kedua negara.
Hernandez ditahan di California sejak tahun 2001 atas tuduhan pembunuhan ketika pesawat jet tempur Kuba meledakkan dua pesawat sipil yang terbang di dalam wilayah udara Havana untuk membagikan selebaran. Empat warga keturunan AS-Kuba tewas dalam insiden tersebut.