AKSI RADIKAL

Pria Perancis Teriak Takbir, Tabrakkan Mobil ke Pejalan Kaki

CNN Indonesia
Senin, 22 Des 2014 10:14 WIB
Pelaku menabrak pejalan kaki di trotoar di lima titik kota Dijon. Peristiwa ini terjadi selang sehari setelah seorang pria menikam tiga polisi di Perancis.
Pelaku menabrak pejalan kaki di trotoar di lima titik kota Dijon. Peristiwa ini terjadi selang sehari setelah seorang pria menikam tiga polisi di Perancis. (Ilustrasi/Reuters/Lucas Jackson)
Dijon, CNN Indonesia -- Seorang pria di Perancis ditahan polisi setelah menabrakkan mobilnya ke para pejalan kaki, melukai 11 orang, di timur kota Dijon, Perancis, Minggu (21/12). Sebelum menabrak warga, dia meneriakkan kalimat takbir "Allahu Akbar."

Diberitakan Reuters, pelaku yang berusia 40 tahun ini menabrakkan mobilnya ke sekumpulan pejalan kaki di lima wilayah Dijon sebelum dibekuk polisi. Dua dari 11 orang korban mengalami luka serius namun tidak mengancam nyawa.

Selain meneriakkan takbir, para saksi mengatakan pelaku berteriak soal "membela anak-anak di Palestina", seperti disampaikan oleh juru bicara Kementerian Dalam Negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai saat ini motifnya masih belum jelas dan pelaku diketahui memiliki latar belakang gangguan kejiwaan.

"Pria kelahiran 1974 itu kejiwaannya tidak stabil dan sedang menjalani perawatan psikiater," kata sumber kepolisian.

Perdana Menteri Manuel Valls di akun Twitternya menyampaikan solidaritas bagi para korban penyerangan tersebut.

Peristiwa ini terjadi selang sehari setelah polisi di kota Joue-les-Tours menembak mati seorang pria keturunan Burundi bernama Bertrand Nzohabonayo karena menikam dan menyayat tiga polisi dengan pisau setelah sebelumnya juga meneriakkan kalimat takbir.

Berbagai kasus penyerangan ini semakin membuat Perancis memperketat keamanan mereka menyusul berbagai ancaman terhadap keamanan dalam negeri akibat radikalisme di tanah air.

Seperti banyak negara di dunia, Perancis juga tengah berjuang meredam aksi terorisme dari pelaku individu radikal atau yang dikenal dengan "lone wolf".

Pekan lalu di Australia seorang warga keturunan Iran menyandera para pengunjung dan pekerja di kafe di Sydney selama 16 jam sebelum akhirnya polisi menyerbu. Dua orang sandera dan pelaku tewas.

Tahun lalu di Perancis, seorang mualaf menikam tentara di pusat bisnis Paris dan La Defense. Mei lalu empat orang tewas di Museum Yahudi di Brussels, Belgia, pembunuhnya adalah Mehdi Nemmouche yang menghabiskan lebih dari setahun berperang di Suriah.

Aparat di Perancis meyakini ada sekitar 1.200 warganya yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan jaringan militan di Irak atau Suriah.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER