Monrovia, CNN Indonesia -- Badan Kesehatan Dunia, WHO, pada Senin (5/1) mengumumkan lebih dari 8.000 orang telah meninggal karena Ebola di tiga negara pandemi, yaitu Liberia, Sierra Leone, dan Guinea.
Laporan terbaru PBB menyebutkan 8.153 orang tewas di antara 20.656 kasus infeksi penyakit yang serupa dengan demam berdarah di tiga negara tersebut.
Sementara, Sierra Leone merupakan negara dengan tingkat kematian tertinggi, dengan 88 kematian sejak 2 Januari 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencatat lebih dari 19 ribu orang telah didiagnosa terinfeksi virus Ebola. Sementara, korban tewas akibat Ebola hingga akhir Desember 2014 mencapai 7.588 jiwa.
Virus mematikan yang sebelumnya hanya diketahui menyerang hewan ini dinamai dari Sungai Ebola, lokasi di mana virus ini pertama kali diidentifikasi menyerang manusia pada 1976.
Dengan sejumlah kasus awal di Sudan dan Kongo pada 1976, virus ini mulai menyerang manusia dan menular lewat kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, atau jaringan pada manusia atau hewan yang terinfeksi.
Gejala Ebola umumnya muncul antara dua hingga 21 hari setelah terinfeksi, yang berarti terdapat kemungkinan seseorang yang terinfeksi Ebola tidak menunjukkan gejala infeksi saat dites.
Tingkat kematian bagi orang yang telah terjangkit virus Ebola dapat mencapai 90 persen.
Ancaman virus Ebola juga telah menyebar ke hingga di luar Afrika. Petugas kesehatan yang bertugas di negara pandemi Ebola tanpa dilengkapi dengan proteksi memiliki resiko tinggi akan terjangkit virus ini.
Hingga saat ini, peneliti masih melakukan serangkaian tes untuk menemukan vaksin yang tepat dan aman untuk penggunaan umum.
Terdapat tiga vaksin yang disebut-sebut akan menjadi kandidat. Pertama adalah vaksin GlaxoSmithKline atau GSK yang sudah diujicobakan pada manusia di Swiss, Inggris, Mali dan Amerika Serikat.
Di Liberia, vaksin GSK telah diujicobakan kepada 30 ribu partisipan. Namun, vaksin GSK masih harus melalui pengujian pada Februari 2015 mendatang.
"Diperlukan dokumen tambahan dari produsen vaksin GlaxoSmithKline, sebelum penyetujuan penelitian lebih lanjut," kata WHO dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters, Jumat (19/12).
Vaksin lainnya adalah dari NewLink Genetika, yang juga masih dalam tahap awal percobaan. Namun, uji coba vaksin ini di Jenewa telah dihentikan pada awal bulan ini akibat pasien mengeluh nyeri sendi.
(ama)