Paris, CNN Indonesia -- Dimulai dari penyerangan di kantor majalah kontroversial Charlie Hebdo pada Rabu (7/1) hingga aksi penyanderaan di toko Hyper Cacher, serentetan serangan di Paris, Perancis yang terjadi selama tiga hari belakangan terjadi secara mengejutkan. Serentetan serangan ini membuat dunia bertanya-tanya, mengapa Perancis menjadi target serangan?
Menurut pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, banyak asumsi yang menjelaskan mengapa Perancis menjadi lokasi penyerangan, dan mengapa penyerangan baru dilakukan pada awal 2015. Padahal, kartun Nabi Muhammad yang ditampilkan Charlie Hebdo telah dimuat beberapa tahun yang lalu.
Habib menilai alasan serangan ini akan berbeda, bergantung dari perspektif yang dipakai untuk melihat insiden ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu alasan, menurut Habib, adalah aksi unjuk kebolehan para kelompok militan. Serangan ini dapat diartikan bahwa AQAP dapat menyerang Perancis, sementara kelompok ekstremis lainnya tidak.
"Ada asumsi bahwa jaringan al-Qaidah lebih siap meluncurkan serangan ke Eropa, ketimbang misalnya, kelompok ISIS, yang baru setahun belakangan ini terdengar," kata Habib,
Asumsi ini menghapuskan anggapan bahwa serangan ke kantor majalah Charlie Hebdo dikarenakan majalah tersebut mengunggah gambar kartun pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Seperti diberitakan sebelumnya, dua pria bersenjata yang diidentifikasi sebagai kakak-beradik Said dan Cherif Kouachi menyerbu kantor Charlie Hebdo pada Rabu (7/1). Ketika serangan terjadi, terdengan teriakan "Allahu akbar", yang berarti "Allah Maha Besar", dan seruan, "Kami telah membalas Nabi Muhammad".
"Anggapan bahwa kelompok militan seperti ISIS, cabang-cabang al-Qaidah, Jabhat al-Nusra, dan lainnya merupakan bagian dari satu kesatuan dari kelompok besar militan Islam dunia adalah salah. Ada persaingan di antara mereka, visi dan arogansi mereka berbeda," kata Habib.
Habib menilai, jika ingin merunut pada fakta, pihak intel perlu menelusuri lebih lanjut, apakah klaim Kouchi bersaudara bernah bergabung dengan al-Qaidah adalah benar.
"Perancis menjadi target bisa jadi karena ekonomi Eropa melemah, karena negara ini tengah dekat dengan Rusia, dan banyak alasan lainnya," ujar Habib.
Meskipun demikian, Habib menyatakan bahwa serangan dengan target di pusat kota, seperti yang tejadi di Paris, merupakan tipe penyerangan yang awam dilakukan oleh jaringan al-Qaidah.
"Serangan dengan target yang ditentukan,di tempat yang penuh orang dan dilakukan dengan survei dan pengamatan yang matang, memang tipikal al-Qaidah," kata Habib melanjutkan.
Meskipun demikian, Habib menyatakan bahwa serangan yang diduga dilakuakan oleh AQAP tersebut tidaklah sempurna. Terbukti, salah satu dari kakak beradik Kouachi bertindak ceroboh dengan meninggalkan tanda pengenal di mobil yang digunakan untuk melarikan diri.
Serangan Terhadap IslamHabib juga menyoroti bahwa serangan di Paris dapat diartikan sebagai serangan terhadap kelompok Islam di Eropa. Pasalnya, serangan ini, mau tidak mau, menjadi isu yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok sayap kanan Eropa yang cenderung anti-Islam.
"Analis politik Islam banyak yang menyatakan ini merupakan serangan terhadap Islam di Eropa, untuk memperkuat Islamofobia. Kami cukup khawatir," kata Habib.
Habib juga menilai bahwa serangan di Perancis menunjukkan kinerja badan intelijen Perancis yang tidak siap menerima serangan terorisme.
"Intel Perancis kecolongan sekali. Data imigrasi yang sudah mencurigai Kouachi bersaudara pernah berlatih dengan al-Qaidah, namun data itu tidak diseriusi," kata Habib, ketika dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (10/1).
Sehari setelah insiden penembakan Charlie Hebdo, serentetan serangan bom terjadi pada Kamis (8/1) dini hari di toko kebab di sebelah masjid di pusat kota Villefrance-sur- Saone, dekat Lyon. Tak ada korban tewas maupun terluka.
Di hari yang sama, baku tembak terjadi di Montrouge, Paris selatan, yang diduga dilakukan oleh Amedy Coulibaly. Satu orang polisi wanita tewas.
Hingga saat ini polisi berhasil menembak mati Kouachi beraudara yang berasal dari Aljazair, melalui pengepungan di kawasan Dammartin-en-Goele, 40km sebelah timur laut pusat kota Paris, pada Jumat (9/1).
Sementara, Amedy Coulibaly berhasil ditembak mati ketika melakukan penyanderaan di toserba Yahudi, Hyper Cacher, di Porte de Vincennes, Paris timur, pada Jumat (9/1). Sebanyak empat sandera tewas dan 15 sandera lainnya selamat dalam serangan ini.
Namun, kekasih Coulibaly, Hayat Boumeddiene, berhasil melarikan diri dengan membawa senjata. Hingga saat ini, wanita ini masih diburu kepolisian Perancis.
(ama)