EKSEKUSI MATI

Oklahoma Suntik Mati Pemerkosa Bayi

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 18 Jan 2015 13:41 WIB
Negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat mengeksekusi mati Charles Frederick Warner, terpidana mati atas kasus pembunuhan dan pemerkosaan bayi berusia 11 bulan.
Penggunaan midazolam, cairan yang dinilai sebagai penyebab gagalnya eksekusi suntik mati kepada terpidana mati di Oklahoma, AS, menjadi kontroversi. (Ilustrasi/Getty Images/urfinguss)
Oklahoma, CNN Indonesia -- Negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat mengeksekusi mati Charles Frederick Warner, terpidana mati atas kasus pembunuhan dan pemerkosaan bayi berusia 11 bulan, pada Jumat (16/1).

Warner dikenakan hukuman mati karena menembak mati kekasihnya, Adrianna yang berusia 19 tahun, lalu memperkosa dan membunuh anak perempuan mereka yang baru berusia 11 bulan.

Sebelum dia diputuskan menerima eksekusi mati, Warner telah menghadapi tiga kali persidangan di Pengadilan Negara Bagian Oklahoma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tiga kali persidangan tersebut, Warner memberikan kesaksian yang berbeda. Pada persidangan pertama, Warner membantah dia meperkosa bayi berusia 11 bulan tersebut. Warner menyatakan sang bayi tewas karena jatuh dari tempat tidur. 

Namun pada persidangan kedua, dia menyatakan dia tengah pergi dengan temannya, dan menemukan sang bayi telah tewas di rumahnya. Sementara dalam persidangan ketiga, Warner menyatakan sang bayi tewas dala, pengawasan anaknya yang lain, yang baru berusia lima tahun. 

Pengadilan Negara Bagian Oklahoma akhirnya memutuskan Warner bersalah dan harus menerima hukuman mati. 

Warner sebelumnya dijadwalkan menjalani eksekusi mati pada April lalu. Namun, insiden suntikan mati yang gagal membuat seorang terpidana kasus pembunuhan lainnya,  Clayton Lockett, membuat eksekusi terhadap Warner ditunda.

Disuntik tiga kali, terpidana tidak meninggal

Oklahoma memiliki catatan buruk terkait eksekusi mati. Pada April lalu, Clayton Lockett, terpidana mati atas kasus pembunuhan dan pemerkosaan menjalani eksekusi mati terpanjang dalam sejarah AS, yaitu dengan mengerang dan meronta kesakitan selama 43 menit.

Suntik mati yang diberikan kepada Lockett tidak berjalan mulus. Suntikan yang berisi midazolam, cairan penenang berdosis tinggi yang disuntikkan di sekitar pangkal paha seharusnya membuat Lockett tidak sadar dan akhirnya meninggal. Namun, beberapa menit setelah disuntik, Lockett ternyata masih sadar.

Alih-alih menghembuskan nafas terakhir dengan tenang, Lockett berusaha menggerakkan badannya, dan bahkan berusaha berbicara, namun tidak bisa. Locket juga memuntahkan darah dan bahan kimia lainnya.

Setelah 15 menit menyuntikkan cairan midazolam kepada Lockett sebanyak tiga kali, doktor dan petugas medis akhirnya menghentikan upaya eksekusi. Nahas, Lockett akhirnya tewas sekitar 30 menit kemudian karena serangan jantung akibat akumulasi bahan kimia beracun.

Penggunaan midazolam, yang dinilai sebagai penyebab gagalnya eksekusi suntik mati kepada Lockett pun menjadi kontroversi.

Dale Baich, pengacara untuk Warner dan sejumlah terpidana mati lainnya di Oklahoma mengajukan tuntutan ke Mahkamah Agung, agar eksekusi mati untuk para kliennya ditunda hingga Oklahoma menerapkan protokol baru.

Namun, dalam pemilihan suara, lima dari sembilan juri memilih untuk menolak tuntutan tersebut.

"Obat dan kombinasi obat yang digunakan dalam eksekusi suntik mati pada saat ini sangat bervariasi dalam sistem peradilan di berbagai negara bagian. Eksperimen ini hasil yang tragis, dan bahkan di beberapa kasus, eksekusi mati gagal dilakukan," kata Baich, seperti dikutip dari CNN, Jumat (16/1).

Para pejabat pengadilan Oklahoma menyatakan mereka telah membahas masalah yang muncul setelah insiden yang dialami Lockett, dan menerapkan peralatan dan protokol baru.

Namun, petugas penjara Oklahoma menyatakan kombinasi obat dalam cairan suntik mati yang mereka terapkan tergolong manusiawi dan sudah tepat, sehingga tidak ada perubahan dalam cairan suntik tersebut. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER