Washington, D.C., CNN Indonesia -- Christopher Cornell, 20 tahun, pria asal Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat ditangkap atas tuntutan merencanakan serangan ke gedung Capitol, tempat biasa Kongres AS bersidang, dengan senjata dan bom. Rencana Cornell ini diketahui oleh informan FBI yang tengah menyamar.
Seperti diberitakan Reuters, menurt informan FBI, Cornell mempelajari cara menanam bom di saluran pipa, membeli senapan semi-otomatis beserta 600 butir amunisi. Cornell juga berencana untuk melakukan perjalanan ke Washington untuk melakukan aksinya.
Dokumen di pengadilan menunjukkan Cornell merupakan simpatisan ISIS, karena sempat menuliskan di akun Twitter miliknya bahwa dia mendukung kelompok militan ini dengan memakai nama alias Raheel Mahrus Ubaidah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dokumen, Cornell menyatakan bahwa meskipun dia tidak mendukung serangan atas nama kelompok apapun, dia "sudah mendapat acungan jempol dari saudara kami di sana dan Anwar al-Awlaki sebelum dia tewas sebagai martir."'
Awlaki adalah seorang perekrut warga asing berpengaruh di jaringan al-Qaidah. Dia tewas pada September 2011 dalam serangan drone oleh Amerika Serikat di Yaman.
Dalam pertemuan dengan informan FBI pada November lalu, Cornell mengatakan dia menganggap anggota Kongres adalah musuhnya. Dalam pertemuan tersebut, Cornell juga mengungkapkan rencananya untuk menempatkan bom di saluran pipa di gedung Capitol
Cornell juga akan menggunakan senjata api yang dimiliknya untuk membunuh karyawan dan pejabat yang berada di dalam gedung tersebut.
Ayah tersangka, John Cornell, mengatakan kepada CNN, bahwa Cornell mungkin saja dipaksa melakukan rencana ini.
"Tidak mungkin dia bisa melakukan rencana terorisme," kata John Cornell.
Intel FBI yang memipin kasus ini, John Barrios, mencatat bahwa masyarakat AS tidak berada dalam bahaya selama penyelidikan ini.
Sementara, senator untuk Ohio dari partai Republik, Rob Portman, memuji tindakan FBI dan lembaga penegak hukum lainnya untuk menggagalkan rencana terorisme ini.
"Rencana ini adalah pengingat penting bahwa ancaman nyata datang dari kelompok radikal terus berdatangan,"
Kepolisian khusus gedung Capitol mengatakan mereka bekerja sama dengan FBI untuk menangani kasus ini.
Cornell telah dituntut di pengadilan federal di Ohio dengan tuduhan mencoba membunuh petugas pemerintah AS dan atas kepemilikan senjata api sebagai kelanjutan dari percobaan tindak kejahatan
(ama/stu)