New York, CNN Indonesia -- Peringatan hari Martin Luther King di seluruh Amerika Serikat dilakukan dengan aksi protes menentang perlakuan penegak hukum terhadap kelompok minoritas di negara ini.
Peserta peringatan hari besar nasional ini meneriakkan ‘“Black Lives matter” yang beberapa bulan terakhir populer selama aksi demonstrasi menentang kekerasan oleh polisi.
Impian kesetaraan ras yang dikemukakan oleh Martin Luther King pada 1960-an kali ini diperingati dengan mengingat kematian sejumlah pria kulit hitam tak bersenjata di tangan polisi yang terjadi baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diantara korban itu adalah Eric Garner yang tewas pada Juli setelah dicekik oleh polisi New York, dan Michael Brown yang tewas ditambak di Ferguson, Missouri pada Agustus.
Aksi demonstrasi menentang brutalitas polisi di California Senin (19/1) malam berakhir dengan penangkapan 60 orang yang menutup lalu lintas yang padat di Jembatan Mateo-Hayward, San Francisco.
Sementara di Atlanta, Georgia, lebih dari 1.800 orang berdesakan mengikuti misa peringatan King di Gereja Baptis Ebenezer, tempat King berkotbah semasa hidupnya.
Sebagian peserta memegang poster bertuliskan perkataan King yang terkenal: “I am a man”, sementara sebagian lain membawa poster bertuliskan “I can’t breathe” untuk mengenang Garner, dan “Hands up! Don’t shoot!” untuk menghormati Brown.
“Kita melihat pita kuning tanda tempat kejadian kejahatan di sekeliling Amerika sekarang, dan kita sadar masih banyak yang harus dilakukan,” ujar Gwendoyln Boyd, presiden Universitas Alabama, ke peserta misa yang menjawab dengan “Amin!”
Di kota New York, sekitar 400 pengunjuk rasa menutup lalu lintas ketika mereka berjalan dari Harlem ke dekat gedung PBB sambil berteriak “Black Lives Matter!” sementara pidato King disuarakan lewat pengeras suara.
“Pawai ini bertujuan mengklaim kembali Martin Luther King. Dia seorang penyelenggara radikal - dia pernah ditangkap, dia tidak percaya pada kekerasan, dia juga mengganggu,” ujar Linda Sarsour, jubir Liga Keadilan New York, yang menyelenggarakan pawai #Dream4Justice.
Beberapa jam sebelumnya diselenggarakan renungan di Pulau Staten tempat Garner meninggal, keluarganya meletakkan karangan bunga di jalan Brooklyn tempat dua polisi berseragam sipil diserang oleh seorang pria bersenjata yang mengaku beraksi sebagai balasan atas kematian Garner dan Brown.
“Hari libur ini juga mewakili sikap bahwa kita menentang keras pembunuhan orang-orang tak bersalah,” ujar Pendeta Al Sharpton.
Aksi unjuk rasa di kota-kota lain di Amerika Serikat antara lain 1.500 orang menentang brutalitas polisi di Oakland, California.
 Hari Martin Luther King Jr. tahun ini diperingati untuk menentang kebrutalan polisi terhadap kelompok minoritas di AS. (Reuters/Carlo Allegri) |
Sementara itu, Presiden Barack Obama yang merupakan presiden kulit hitam pertama AS memperingati hari nasional ini secara lebih tradisional dengan mengikuti proyek pengentasan buta huruf di satu yayasan amal Washington.
Obama menarik diri dari kegiatan protes terkait ras, tetapi setelah dewan juri menyatakan polisi berkulit putih dalam kasus kematian Brown tidak bersalah, dia mengeluarkan pernyataan yang menentang perilaku yang disebutnya “rasa tidak percaya mendalam” antara penegak hukum dan warga kulit hitam Amerika Serikat.
Presiden Obama berjanji untuk memanfaatkan masa jabatan dua tahun yang tersisa untuk meningkatkan pengawasan komunitas dan rasa saling percaya antara kedua kelompok tersebut.
(yns)