Presiden Yaman Mengundurkan Diri

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 23 Jan 2015 11:10 WIB
Presiden Yaman Abd-Rabbu Manour Hadi mengundurkan diri setelah menerima tuntutan kelompok  Houthi untuk mendapat peran lebih besar di bidang politik.
Pengunduran diri Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi semakin membuat situasi Yaman tidak menentu. (Reuters/Khaled Abdullah)
Yaman, CNN Indonesia -- Situasi Yaman semakin tidak menentu karena Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi mundur setelah para pemberontak Houthi menyerbu ke istana kepresidenan.

Hadi, yang mantan seorang jenderal, menyalahkan pemberontak Houthi menghalangi upaya menstabilkan Yaman setelah bertahun-tahun dilanda pemberontakan kesukuan dan sektarian sehingga negara itu semakin miskin.

Hadi, yang memimpin upaya reformasi politik seperti yang dimandatkan oleh PBB, mengundurkan diri setelah Perdana Menteri Khaled Bahah menawarkan pengunduran diri pemerintahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden ini mengatakan tidak mau terseret ke dalam “situasi pelik politik yang tidak membangun”.

Pernyataan itu merujuk pada pertikaian antara Hadi dan gerakan Muslim Syiah Houthi yang menahan presiden di rumah kediaman resminya.

“Secara pribadi saya minta maaf kepada anda semua, parlemen dan rakyat Yaman karena kita sudah menemui jalan buntu,” ujar seorang jubir pemerintah yang mengutip surat pengunduran diri Hadi.

Surat itu dialamatkan kepada ketua parlemen yang berdasarkan UUD Yaman kini menjadi kepala pemerintah.

Sultan al-Atwani, salah satu penasehat Hadi, mengatakan kepada Reuters bahwa presiden mengundurkan diri setelah mendapat tekanan dan ancaman dari Houthi. Di ajuga mengatakan parlemen akan bersidang pada Sabtu untuk menerima atau menolak pengunduran diri ini.

Kantor berita resmi yaman mengatakan parlemen akan melakukan sidang darurat pada Minggu (25/1).

Gerakan Houthi mengatakan belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait pengunduran diri Hadi, tetapi mendesak warga Yaman untuk turun ke jalan dalam rangka memperlihatkan dukungan mereka pada Jumat (23/1).

Pengumuman ini mengejutkan negara di Semenanjung Arab berpenduduk 25 juta itu.

Kelompok Muslim Syiah Houthi yang didukung oleh Iran tampil menjadi kekuatan besar setelah merebut ibukota Sanaa pada September dan mendikte persyaratan memerintah negara itu kepada Presiden Hadi.

“Ini kudeta,” ujar Ahmed al-Fatesh, seorang penjaga keamanan dengan mengatakan bahwa Hadi didorong untuk menanggalkan jabatannya itu.

“Houthi merebut kekuasaan dengan paksaan. Hadi adalah presiden yang sah dan dipilih oleh lebih dari enam juga warga Yaman. Hadi berupaya menyatukan kekuatan-kekuatan politik yang ada.”

Sebagai pertanda pertama kericuhan ini akan berdampak pada kegiatan AS di Yaman, Washingon menarik lebih banyak staf kedutaan besarnya di Sanaa karena situasi keamanan yang memburuk.

“Meski Kedutaan besar tetap buka dan terus melakukan kegiatan, kami kemungkinan menarik sumber daya karena situasi di lapangan,” ujar seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS kepada Reuters.

Pihak berwenang AS sebelumnya menegaskan tidak akan menutup kompleks kedutaan besar yang penting bagi kerja sama melawan terorisme dengan pasukan keamanan Yaman.

Di kota Aden, Yaman Selatan, sekelompok orang bersenjata yang tidak dikenal menyerang dua kendaraan lapis baja pada Jumat (23/1) pagi.
Kelompok Muslim Syiah Houthi menjadi kekuatan besar di Yaman dan menguasai ibukota Sanaa sejak September 2014. (Reuters/Khaled Abdullah)
Seorang pejabat pemerintah mengatakan terdengar dua ledakan ketika terjadi serangan yang kemudian diikuti dengan tembak-menembak ini.

Pengunduran diri Hadi yang berasal dari Yaman Selatan ini menimbulkan kemarahan di Aden, kota pelabuhan penting, dan para pejabatnya bereaksi dengan megnatakan kepada anggota keamanan untuk hanya mematuhi perintah yang dikeluarkan di Aden.

Ini merupakan penolakan jelas terhadap badan-badan pemerintah yang terletak di Sanaa, Yaman Utara.

Awal minggu ini, Aden menutup pelabuhan untuk sementara sebagai protes terhadap serangan milisi ke badan pemerintah di Sanaa, dan menyebutnya “agresi kudeta terhadap presiden secara pribadi dan proses politik secara keseluruhan”.

Keputusan Hadi ini merupakan perubahan dari sikap pada hari Rabu ketika dia mengatakan siap menerima tuntutan Houthi untuk mendapatkan jatah lebih besar secara undang-undang dan kesepakatan politis.

Perebutan Pengaruh Wilayah

Pengumuman ini tampaknya berhasil mengendorkan ketegangan antara Presiden Hadi dan kelompok Houthi, yang peningkatan kekuasaannya di Yaman yang mayoritas penduduknya Muslim Sunni menggambarkan pertikaian sektarian antara Arab Saudi dan Iran di Timur Tengah.

Kemenangan Houthi atas para penjaga presiden telah menambah kekacauan di negara yang menjadi salah satu operasi serangan udara pesawat tak berawak Amerika Serikat ke cabang al Qaidah yang paling kuat di wilayah.

Kemenangan para pemberontak ini mengubah peta kesukuan, agama dan wilayah di Yaman.

Arab Saudi, yang curiga dengan peran Iran, menghentikan sebagian besar bantuan keuangan kepada Yaman setelah Houthi menguasai ibukota Sanaa.

Di Yaman tengah, suku-suku negara itu mengatakan berhasil memukul mundur pejuang Houthi dari provinsi Marib sebagai produsen setengah minyak Yaman dan setengah kapasitas listrik negara itu.

Kelompok al Qaidah di Yaman telah menjawab tantangan Houthi ini dengan menyerang pasukan kelompok ini dan juga pasukan pemerintah, militer dan sasaran intelijen.

Sebagai Zaydi, satu aliran Islam Syiah, Houthi menentang kelompok Islamis garis keras al Qaidah. Akan tetapi serangan Houthi pada kelompok militan ini berisiko meningkatkan perasaan keberpihakan secara sektarian di Yaman. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER