Rusia Geledah Stasiun TV di Crimea

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 26 Jan 2015 22:58 WIB
Aparat penegak hukum Rusia menggeledah stasiun televisi ATR, media milik etnis Tatar, yang berlokasi di Semanjung Crimea pada Senin (26/1).
Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkenal kerap menjaga media di Rusia secara ketat sebagai bagian penting untuk menjaga kekuasaannya. (REUTERS/Mikhail Klimentyev/RIA Novosti/Kremlin)
Simferopol, CNN Indonesia -- Aparat penegak hukum Rusia menggeledah stasiun televisi ATR yang berlokasi di Semanjung Crimea pada Senin (26/1). Stasiun TV milik kelompok etnis Tatar tersebut digeledah sebagai bagian dari penyelidikan atas kematian dua penduduk setempat pada unjuk rasa tahun lalu.

Komite Investigasi Federal Rusia menyatakan mereka yakin ATR memiliki rekaman pada aksi unjuk rasa di Crimea pada 26 Februari 2014 lalu, yang mengakibatkan sejumlah pejabat negara dan anggota kelompok pro-Rusia terluka. Dua warga Crimea dilaporkan tewas.

Dilaporkan Reuters, seorang perwakilan ATR TV yang tak ingin diidentifikasi namanya menyatakan bahwa penggeledahan dimulai pada pukul 11 pagi waktu setempat, dan hingga pukul 5 sore masih berlangsung. Penggeledahan ini mengakibatkan ATR harus menghentikan sebagian besar siarannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, atau OSCE, menyatakan ATR harus diizinkan untuk melanjutkan penyiaran sesegera mungkin.

"Penggedahan kepada media yang bebas dan independen tidak dapat ditoleransi di wilayah OSCE," kata perwakilan OSCE, Dunja Mijatovi, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.

Kelompok etnis Tatar adalah kelompok minoritas yang besar di wilayah Crimea. Kelompok etnis ini terkenal menentang aneksasi Crimea dari Ukraina dan berada di bawah tekanan sejak wilayah ini dikuasai oleh Rusia pada April tahun lalu.

Aneksasi Crimea oleh Rusia menuai kecaman masyarakat internsional dan memperkeruh hubungan antara Moskow dan negara Barat. Uni Eropa dan Amerika Serikat memberikan sanksi terhadap Rusia dan meningkatkan tekanan pada Kremlin akibat aksi kekerasan kelompok separatis di Ukraina timur yang ditengarai didukung oleh Rusa.

Hingga Januari 2015, tercatat lebih dari 5.000 orang tewas di Donestk dan Luhanks, Ukraina timur.

Sementara, Komite Investigasi Federal Rusia, yang melaporkan langsung kepada Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan Crimea sebagai wilayah yang suci bagi Rusia.

November lalu, Rusia meluncurkan sebuah media resmi internasional baru, Sputnik, untuk menghentikan propaganda agresif yang dilakukan oleh negara-negara Barat.

Presiden Putin terkenal kerap menjaga media di Rusia secara ketat sebagai bagian penting untuk menjaga kekuasaannya.

Mayoritas media Rusia bersikap loyal terhadap Putin, sementara pihak oposisi hanya mendapat sedikit keleluasaan di media Rusia.

Rusia berada di peringkat ke-148 dari 180 negara yang terdapat dalam indeks kebebasan berbicara yang dirilis Reporters Without Borders tahun 2014.

Pada September 2014 lalu, Rusia menahan wartawan asal Siberia, Dmitry Shipilov. Shipilov menulis tentang Kemerovo, sebuah wilayah di Siberia, untuk koran Novy Kuzbass yang dikenal karena kerap mengkritik pemerintah setempat. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER