Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat dari Kementerian Transportasi Inggris, Baroness Susan Kramer, mendapatkan pelajaran berharga dalam lawatannya ke Taipei, Taiwan, pada Senin (26/1) kemarin ketika ia memberikan kado berupa jam saku kepada sang Wali Kota, Ko Wen-je. Tak menyangka hal tersebut dianggap tabu di kebudayaan Tiongkok, Kramer akhirnya memohon maaf.
"Kita belajar hal baru tiap hari. Saya tidak menyangka pemberian seperti ini bisa berarti negatif. Di Inggris, jam ini sangat berharga karena tidak ada yang lebih penting dari waktu," ujar Kramer dalam pernyataan maafnya seperti dikutip
CNN (27/1).
Berbeda dengan kebiasaan Inggris, orang etnis Tiongkok menganggap kata "jam" dalam bahasa mereka terdengar mirip dengan "akhir" dan dapat diartikan kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari kepercayaan itu, Ko juga diprotes karena menolak mentah-mentah pemberian dari Kramer. Menurutnya, ia tidak butuh jam saku itu.
"Saya tidak bisa memberikannya kembali kepada orang lain atau membawanya ke pedagang besi tua untuk menukarnya dengan uang," ucapnya.
Ini bukan kali pertama pertukaran kado antar-pejabat menimbulkan kontroversi.
Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, pada 2009 silam dikecam oleh media Inggris lantaran memberikan Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, satu paket DVD yang tidak bisa diputar dalam sistem Inggris.
Sebagai balasan pemberian, Brown memberikan kado tempat pena berlapis kayu dari kapal Victoria.
Pada tahun yang sama, Obama juga menuai cibiran karena memberikan Ratu Elizabeth II sebuah iPod berisi cuplikan video kunjungan sang ratu ke Amerika Serikat pada 2007.
(stu)