Manila, CNN Indonesia -- Kepala unit pasukan khusus kepolisian Filipina dibebastugaskan karena operasi penangkapan dua buron militan Islam yang menewaskan 44 anggota unit di Filipina Selatan.
Menteri Dalam Negeri Filipina Manuel Roxas mengatakan telah memerintahkan penyelidikan terhadap operasi yang berakhir setelah terjadi tembak menembak selama 12 jam dengan para pemberontak Muslim pada Minggu (25/1).
Empat puluh empat komando Pasukan Operasi Khusus, SAF, tewas dan 12 lainnya luka-luka dalam
pertempuran di kota Mamasapano, Maguindanao.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi mengatakan delapan pemberontak Muslim juga tewas dalam pertempuran yang menyudahi gencatan senjata yang berlaku dalam tiga tahun terakhir.
“Kami telah membebastugaskan Direktur SAF Leo Napenas dari jabatannya, sementara penyelidikan atas insiden ini berjalan,” ujar Roxas dalam jumpa pers pada Selasa (27/1).
“Dia telah ditarik ke Manila. Dia mendapat kesempatan untuk menjemput jenazah anak buahnya kemarin. Jika ada kesalahan dan seseorang bertanggungjawab, orang ini harus menanggung risikonya.”
Roxas menggambarkan insiden itu sebagai “tidak sesuai dengan rencana”.
Hampir 400 personel SAF dikerahkan dalam operasi menangkap dua militan yang berlindung dengan para pejuang kelompok pemberontak Muslim terbesar Filipina, Moro Islamic Liberation Front, MILF.
Zulkifli bin Hir, warga Malaysia anggota Jemaah Islamiyah yang terkait dengan al Qaidah dan diduga bertanggungjawab atas sejumlah serangan bom di Filipina, dan Abdul Basit Usman dari Filipina.
Keduanya menjadi buronan Amerika Serikat dengan hadiah US$5 juta untuk Bin Hirdan US$1 juta untuk Usman.
Para pejabat mengatakan Bin Hir kemungkinan besar tewas dalam pertempuran itu, namun Usman berhasil melarikan diri.
MILF, yang melancarkan pemberontakan selama lebih dari empat dekade di negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, sepakat untuk membubarkan pasukan tempurnya dan menyerahkan senjata dengan imbalan pemerintah otonomi.
Kedua kubu menyatakan insiden berdarah ini tidak akan menggagalkan kesepakatan damai tersebut.
“Ini hanya kemunduran sementara (dalam proses perdamaian). Kami harus membangun kembali segala hal yang rusak,” ujar panel perdamaian pemerintah Filipina di Laman Facebooknya.
Pertempuran dengan MILF selama ini telah menewaskan 120 ribu orang dan menyebabkan dua juta orang kehilangan tempat tinggal.
(yns)