Dataran Tinggi Golan, CNN Indonesia -- Balas-membalas tembakan terjadi di Dataran Tinggi Golan antara Israel dan Suriah dalam beberapa hari terakhir. Dalam insiden terbaru, jet tempur Israel menembak dua titik militer di Suriah pada Rabu (28/1).
Diberitakan Reuters, serangan Israel ini adalah balasan tembakan dari arah Suriah 12 jam sebelumnya. Dalam 10 hari terakhir, situasi di Dataran Tinggi Golan mencekam usai serangan udara Israel menewaskan jenderal asal Iran dan beberapa gerilya Hizbullah asal Lebanon.
Akibat serangan dari Suriah, Israel mengevakuasi warga di penginapan ski Pegunungan Vermont. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan dari Suriah, namun Israel menyalahkan pemerintah Bashar al Assad dalam insiden tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasukan Pertahanan Israel, IDF, menganggap pemerintah Suriah bertanggung jawab untuk semua serangan yang datang dari wilayah mereka dan akan melakukan apapun untuk melindungi warga sipil Israel," kata juru bicara IDF, Letnan Kolonel Peter Lerner.
Sebelumnya pada 18 Januari lalu serangan udara Israel ke Dataran Tinggi Golan menyebabkan terbunuhnya Jenderal Garda Revolusi Iran Mohammed Allahdadi dan komandan Hizbullah serta putra dari mendiang pemimpin militer kelompok asal Lebanon tersebut, Imad Moughniyeh.
Garda Revolusi Iran bersumpah akan membalas kematian tersebut. Sejak serangan udara itu, tentara dan warga sipil di bagian utara Israel dan Dataran Tinggi Golan dalam kondisi waspada. Israel juga telah menurunkan roket Tameng Besi untuk mengintersepsi serangan dari perbatasan Suriah.
Di Amerika Serikat, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan bahwa AS mendukung langkah Israel dalam mempertahankan diri. Namun AS menegaskan tidak ingin adanya peningkatan ketegangan di kawasan tersebut.
"Kami menyerukan semua pihak untuk menghindari setiap tindakan yang akan merusak gencatan senjata antara Israel dan Suriah serta mematuhi perjanjian tahun 1974," ujar Psaki.
Israel menguasai Golan dari Suriah setelah Perang Timur Tengah tahun 1967. Tahun 1981, Israel mengumumkan telah mencaplok wilayah seluas 1.200 kilometer persegi itu, namun tidak diakui komunitas internasional.