Canberra, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott selamat dari pemakzulan setelah voting di tubuh Partai Liberal pada Senin (9/2). Voting dilakukan setelah beberapa anggota partai mempertanyakan kebijakannya yang dianggap kontroversial.
Diberitakan Reuters, dalam voting rahasia, Abbott selamat dari mosi Partai Liberal dengan perolehan suara 61-39. Sebelumnya, Abbott diprediksi akan digulingkan sebagai ketua partai dan digantikan oleh Menteri Komunikasi Malcolm Turnbull yang juga akan otomatis menjadi perdana menteri.
Dalam pernyataan singkatnya, Abbott mengatakan bahwa gejolak telah berakhir dan menyerukan persatuan di dalam tubuh partai konservatif tersebut dan di seluruh Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kau memilih pemerintah, ketika memilih perdana menteri, kau harus mempertahankan pemerintah dan perdana menteri itu sampai kau punya kesempatan untuk mengubah pikiran," ujar Abbott.
Mosi tidak percaya yang diajukan pada Jumat pekan lalu oleh para anggota parlemen dari Barat Australia muncul setelah banyak kritik soal kepemimpinan Abbott.
Sejak terpilih September 2013, Abbott dianggap membuat keputusan yang buruk, merusak kebijakan, ingkar janji dan gagal menetapkan anggaran penghematan yang merugikan warga miskin di negara itu.
Puncaknya adalah pemberian gelar Ksatria oleh Abbott kepada Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth di Inggris, yang banyak menuai kecaman.
Tidak ada anggota Partai Liberal yang secara langsung menantang kepemimpinan perdana menteri, namun perhatian fokus pada Turnbull, mantan pemimpin partai yang pernah digulingkan oleh Abbott. Calon kuat lainnya adalah Menteri Luar Negeri Julie Bishop yang dianggap menteri paling berprestasi di pemerintahan Abbott.
Jika digulingkan, Australia akan memiliki enam perdana menteri dalam delapan tahun terakhir.
Kendati Abbott selamat dari mosi tidak percaya, namun angka penentangnya yang tidak sedikit akan menjadi ancaman bagi kepemimpinannya di masa mendatang.
"Menurut saya akan terus terjadi ketidakstabilan, karena 40 persen anggota partai menyatakan tidak percaya. Artinya, spekulasi kepemimpinan akan tetap menjadi agenda di politik Australia hingga diselesaikan dengan mundurnya Abbott," kata Rod Tiffen, professor ilmu politik di Universitas Sydney.
(den)