Anak Saya Jadi Anggota ISIS

Ike Agestu/CNN | CNN Indonesia
Jumat, 20 Feb 2015 09:48 WIB
Anak Boudreau bergabung ISIS, tewas dalam pertempuran setahun lalu. Kini ia berkampanye menyerukan para orang tua untuk waspada sebelum anak mereka jadi korban.
ISIS merekrut anak-anak muda dari seluruh dunia secara online, menggunakan media sosial. (via Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Suara Christianne Boudreau terdengar gentar saat mengingat bagaimana anaknya menjadi militan ISIS. Kata-katanya penuh kemarahan, penyesalan, namun dengan tujuan.

Proses radikalisasi terjadi perlahan, persuasif, dan mematikan, ia berkata. Putranya, yang bergabung dengan pasukan ISIS di Suriah, terbunuh dalam pertempuran lebih dari setahun lalu.

“Sangat mudah bagi mereka mempengaruhi anak-anak kita, untuk mengakses anak-anak kita,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilaporkan CNN, Anak Boudreau, Bamian Clairmont, masuk Islam setelah mengalami beberapa masalah di SMA-nya di Calgary, Kanada.

Boudreau mengingat agama membawa anaknya pada ketenangan. Ia tidak menduga sesuatu yang buruk akan terjadi saat Clairmont pamit pergi ke Mesir untuk belajar bahasa Arab.

Nyatanya, pemuda berusia 22 tahun itu bergabung dengan tentara ISIS di Suriah. Ia terbunuh dalam pertempuran di Aleppo pada Januari 2014. Saat itu, Aleppo adalah kota Suriah yang paling berbahaya, dengan perang berkecamuk antara pemerintah Suriah, pemberontak, dan militan ISIS.

Boudreau saat ini mencurahkan tenaganya pada dua organisasi yang mencoba memerangi radikalisasi. Hayat Canada dan ExtremeDialogue.org adalah dua organisasi online yang menyediakan sumber-sumber bagi para orang tua, guru, dan komunitas untuk memerangi kampanye dan perekrutan ekstremis.

“Kebanyakan yang terjadi adalah satu orang perekrut menanamkan ideolosi di benak mereka dan internet akan menyediakan informasi yang mereka butuhkan serta orang-orang yang bisa mereka kontak,” kata Boudreau.

Sama seperti bagaimana orang tua mengantisipasi soal bahaya obat terlarang pada anak-anak mereka, Boudreau mengatakan orang tua harus berbicara pada anak-anak mengenai ISIS sebelum mereka mencari tahu sendiri.

“Kita harus mulai mempersenjatai diri sendiri dengan pengetahuan, kepekaan, edukasi, dan menghadapi isu ini dan bisa berbicara dengan anak-anak kita sejak usia dini.  Kita melakukan hal yang sama dengan pendidikan soal seks, narkoba, dan ini adalah satu lagi hal yang harus dihadapi oleh anak-anak kita,” ujar Boudreau.

Boudreau mengatakan kurangnya pemahaman dan sumber yang tersedia bagi keluarga seperti dirinya dulu sangat merugikan.

Pernah mencoba bunuh diri

Ia juga mengahadapi ketakutan terhadap adik-adik Clairmont.

“Kami hidup dalam keputusasaan dan trauma mendalam dan kami tak tahu bagaimana menyembuhkan diri, dan saya sangat takut kemarahan yang akan menguasai mereka, karena mereka tak bisa sembuh dari trauma lalu akhirnya menjalani jalan yang sama,” ucap Boudreau.

Tumbuh besar di Calgary, provisi Alberta, Kanada, Boudreau mengingat mendiang Clairmont sebagai anak kecil yang suka memeluk, hangat dan bersemangat. Itu semua berubah saat dia masuk SMA, saat ia bermasalah dengan teman-temannya dan menyendiri.

Ia pernah mencoba bunuh diri pada ulang tahunnya yang ke-17. Setelah pulih, ia masuk Islam.

“Saya melihat hal-hal positif mulai terjadi. Ia mulai kembali bersosialisasi. Damian yang dulu saya kenal saat ia muda, mulai muncul kembali. Ia bersosialisasi, tenang, ia tidak minum, tidak menggunakan narkoba, banyak sekali perubahan positif,” ingat Boudreau.

Namun semua berubah ketika Clairmont mulai tinggal sendiri, berganti masjid dan mulai mencari lebih banyak konten radikal di internet.

Menurut Boudreau, saat anak-anak muda itu teradikalisasi secara online, tak ada yang bisa mencegah apa yang terjadi kemudian.

“Pada kenyataannya, yang tersedia di luar sana justru adalah hal-hal yang bisa menguatkan ideologi mereka, jadi kita membutuhkan sesuatu yang bisa melawan ideologi yang sudah tertanam di kepala mereka,” ujarnya.

Tahu dari pemerintah

Pihak keamanan Kanada datang ker rumahnya pada 2013, memberi berita bahwa Clairmont diduga menjadi militan di Suriah, bukan berada di Mesir.

Selanjutnya saat ia berbicara dengan anaknya, Clairmont mengaku ia saat itu berada d Suriah.

“Ia terdorong pergi ke sana untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak dari siksaan, untuk meghentikan Bashar al-Assad dan itulah yang membuatnya kesana, katanya kepada saya. ‘Saya akhirnya melakukan sesuatu yang produktif dalam hidup saya, Ibu’,” cerita Boudreau.

Kata Boudreau, putranya kemudian dicuci otak dan akhirnya berpihak kepada ISIS karena percaya mereka adal kelompok yang lebih kuat dan ia akan bisa lebih bertahan hidup jika bertempur bersama mereka.

Kini Boudreau berharap pemerintah Kanada memiliki kekuatan untuk melakukan apa yang sedang dilakukan sekarang: menyita paspor mereja yang diduga berkomunikasi dengan teroris.

Ia ingin pemerinah bahkan bertindak lebih jauh, untuk menahan dan menyediakan konseling dan menolong mereka yang sudah terdoktrin oleh ekstremisme.

Di luar sana banya keluarga yang putus asa karena melihat anak-anak mereka tenggelam dalam propaganda jihadis.

“Malasah terbesar yang kita punya sebagai orang tua adalah kita ingin menyalahkan orang lain. Kita ingin berpikir bahwa anak-anak kita selamat dan itu tak akan terjadi pada kita. Itu hanya akan terjadi pada orang lain. Itu adalah kesalahan terbesar,” ujarnya. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER