Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menegaskan penghancuran artefak dan peninggalan sejarah yang dilakukan oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah tak akan menghapus sejarah negeri 1001 malam itu. Pernyataan ini muncul setelah beredarnya video penghancuran sejulah artefak kuno berusia ribuan tahun peninggalan Kerajaan Asiria dan Akadia, di Irak.
Menurut Haider seperti diberitakan
CNN, Sabtu (28/2), pemerintahannya akan terus melestarikan dan mengukuhkan peradaban serta warisan yang ada. “Dengan cara yang barbar dan kesombongannya, mereka menghancurkan warisan kemanusiaan yang sebenarnya adalah warisan dari rakyat Irak, tapi sejarah tak akan terhapus begitu saja,” katanya.
Haider menilai penghancuran terhadap artefak ribuan tahun itu sama saja dengan aksi pembunuhan terhadap hal yang berbau kemanusiaan. Oleh karenanya, pemerintahannya bakal terus memburu orang-orang yang mencoba untuk menghancurkan warisan peradaban Irak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, menghancurkan artefak-artefak kuno berusia ribuan tahun peninggalan Kerajaan Asiria dan Akadia, Irak. Aksi ini direkam dalam video yang dirilis pada Kamis lalu.
Diberitakan Reuters, video berdurasi lima menit itu dimulai dengan petikan ayat Al-Quran soal larangan penyembahan berhala. Seorang anggota ISIS berbicara pada kamera, mengutuk Asiria dan Akadia sebagai politeis, penyembah banyak tuhan.
Kemudian, satu per satu patung yang tegak berdiri dijatuhkan. Dihantam dengan palu godam hingga hancur berkeping-keping. Dalam salah satu cuplikan terlihat seorang anggota ISIS menggunakan bor melubangi dan menghancurkan patung kerbau bersayap, sosok dewa pelindung bagi masyarakat Asiria kuno, yang dibuat pada abad ke-7 sebelum Masehi.
ISIS juga menghancurkan patung dari Hatra, kota Helenistik-Persia di utara Irak, yang dibuat sekitar 2.000 tahun lalu.
Professor Arkeologi di Mosul Amir al-Jumaili mengatakan bahwa dari video diketahui bahwa peristiwa itu terjadi di Museum Mosul dan Gerbang Nirgal, satu dari beberapa gerbang ke Nineveh, ibukota kerajaan Asiria.
"Saya terkejut, ini adalah bencana. Dengan perusakan artefak ini, kita tidak bisa lagi bangga dengan peradaban Mosul," kata Jumaili.
Kecaman InternasionalAksi perusakan itu juga menuai kecaman dari komunitas internasional, terutama para aktivis dan kelompok minoritas Asiria yang menjadi korban penculikan oleh ISIS beberapa waktu lalu.
"Tempat lahirnya peradaban manusia dihancurkan. Menghadapi sesuatu seperti ini kami tidak bisa berkata-kata. Pembunuhan dan perusakan belum cukup, bahkan peradaban dan budaya kami dihancurkan," kata Kino Gabriel, salah satu pemimpin Dewan Militer Asiria, militan Kristen Irak, dikutip The Guardian.
Direktur Jenderal badan kebudayaan PBB, UNESCO , mengaku terkejut atas perusakan tersebut. Dia telah meminta Presiden Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat darurat "untuk melindungi warisan budaya Irak sebagai elemen tidak terpisahkan bagi keamanan negara."
Direktur UNESCO di Irak, Axel Plathe, mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan pemerintah Irak dan negara-negara tetangga untuk mencegah penyelundupan artefak dari wilayah yang dikuasai ISIS. UNESCO juga telah memberikan peringatan bagi lembaga lelang di seluruh dunia untuk berhati-hati pada artefak curian.
(sip)