Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 100 ribu buku dan naskah penting hangus terbakar dalam serangan ISIS di sebuah perpustakaan di Mosul, Provinsi Anbar, Irak, pada Sabtu (21/2).
Seperti dikutip Sputnik dari harian lokal Elaph, Senin (23/2), kabar ini awalnya datang dari anggota dewan bernama Amal Fahadway yang pada Minggu (22/2) mengatakan bahwa dalam serangan tersebut beberapa naskah langka juga ikut terbakar.
"Pasukan bersenjata ISIS mengebom perpustakaan publik di wilayah Faisaliah di timur Mosul pada Sabtu, menggunakan alat peledak rakitan," ujar Kepala Perpustakaan Mosul, Ghanem Taan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taan mengungkapkan bahwa perpustakaan Mosul tersebut memiliki koleksi sekitar 8 ribu buku budaya, sejarah, filosofi, ilmu pengetahuan, dan puisi.
Mosul, yang terletak di utara Irak, merupakan basis terkuat ISIS. Daerah ini dikuasai ISIS sejak Juni 2014. Hingga kini, diperkirakan 1.000 hingga 2.000 ekstremis mengokupasi kota terbesar kedua di Irak ini.
Tak heran, Mosul merupakan target besar bagi koalisi serangan udara beranggotakan 62 negara di bawah komando Amerika Serikat.
Pada Kamis (19/2), seorang pejabat Komando Pusat AS mengatakan bahwa pasukan Irak dan Kurdi yang terdiri antara 20 ribu dan 25 ribu orang dipersiapkan untuk merebut kembali kota itu yang kemungkinan akan berlangsung April atau Mei mendatang.
Pengungkapan waktu serangan tersebut akhirnya dikritik oleh Menteri Pertahanan Irak, Khaled al-Obeidi, karena seharusnya komandan militer tidak boleh membuka rahasia pada musuh. Menurutnya, waktu serangan ke Mosul seharusnya diputuskan oleh Irak.
“Ini perang perkotaan dan banyak penduduk sipil. Sangat penting untuk mempertimbangkan waktu dan ketepatan dalam perencanaan pertempuran tersebut,” ujarnya dalam jumpa pers di Baghdad.
Para pejabat Irak mengatakan serangan ke Mosul akan dilakukan dalam beberapa bulan ini, tetapi mereka kerap mengatakan Baghdad memerlukan bantuan militer internasional yang lebih besar dan menolak menetapkan waktu serangan itu.
“Saya tidak tahu dari mana pejabat Amerika ini mendapat informasi itu. Mereka sama sekali tidak tahu-menahu masalah ini,” kata Obeidi.
Menanggapi kritik ini, Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak akan memberi tahu waktu serangan ke Mosul ini.
(stu/stu)