Jakarta, CNN Indonesia -- Para pejabat Amerika Serikat mengidentifikasi sekitar 300 imigran asal Bosnia yang mereka percaya menyembunyikan keterlibatan mereka dalam kekejaman masa perang, termasuk pembantaian Srebrenica pada 1995.
AS juga mencoba untuk mendeportasi sedikitnya 150 dari mereka, media AS, New York Times, melaporkan pada Sabtu (28/2).
Para imigran itu adalah pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan di Bosnia setelah perang yang meletus pada 1992, ditandai dengan runtuhnya negara Yugoslavia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah tersangka bahkan bisa lebih dari 600 orang. "Semakin kita menggali, semakin banyak dokumen yang kita temukan," kata Michael MacQueen, sejarawan Imigrasi dan Bea Cukai, yang telah menginvestigasi banyak kejahatan perang untuk badan itu.
Banyak tersangka warga Bosnia itu adalah mantan tentara dan mereka termasuk pelatih sepak bola di Virginia, seorang pekerja logam di Ohio dan empat pekerja hotel kasino di Las Vegas.
Beberapa dari mereka saat ini sudah menjadi warga AS.
Menurut New York Times, bukti menunjukkan setengah dari 300 tersangka warga Bosnia kemungkinan besar berperan dalam pembantaian di Srebrenica, di mana 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim tewas oleh pasukan Serbia Bosnia dalam lima hari musim panas tahun 1995, menjelang akhir perang yang menewaskan 100 ribu korban jiwa .
Pembantaian Srebrenica merupakan puncak dari kebijakan pembersihan etnis oleh pasukan komandan militer Serbia Bosnia Ratko Mladic untuk membentuk negara Serbia yang murni dari komunal Bosnia.
Perang Bosnia berakhir dengan perjanjian damai pada 1995 yang ditengahi AS. Sebuah pengadilan PBB kemudian memutuskan bahwa genosida tersebut dilakukan di Bosnia.
(stu)