Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua panitia penghargaan Hadiah Nobel Perdamaian diturunkan pada Selasa (3/3), untuk pertama kalinya dalam sejarah selama 114 tahun.
Thorbjoern Jagland, mantan perdana menteri Norwegia yang berasal dari Partai Buruh telah memimpin panel beranggotakan lima orang itu sejak 2009, sekarang hanya akan menjadi anggota komite biasa. Tahun ini, komite telah menerima 276 nominasi untuk penghargaan Nobel 2015.
Kaci Kullmann Five, mantan pemimpin Partai Konservatif Norwegia, akan mengambil alih posisi Jagland setelah partai sayap kanan memperoleh perwakilan baru, yang membuat mereka menjadi mayoritas di panel dengan perolehan 3:2. Perolehan itu membuat mereka bisa melakukan demosi terhadap Jagland dalam pertemuan pertama di tahun 2015 ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Panitia memilih pemimpin setiap tahun. Tahun ini adalah komite yang baru," kata Kullmann Five, menolak memberikan alasan untuk menurunkan Jagland. "Jagland telah menjadi pemimpin yang baik selama enam tahun."
Partai sayap kanan, yang memenangkan pemilihan parlemen pada 2013 dengan menggulingkan pemerintahan Partai Buruh, telah lama tak menyukai Jagland, yang menjadi perdana menteri pada 1996-1997.
Jagland telah menjadi sorotan dan dikritik karena memilih beberapa nominasi dari Barack Obama pada 2009—kurang dari setahun setelah Obama menjabat—hingga Liu Xiaobo, pengkritik Tiongkok, pada 2010.
Beberapa anggota sayap kanan juga menyebut soal konflik kepentingan terkait hadiah Nobel sebesar US$1 juta.
Belum pernah ada pejabat yang digulingkan dalam panel Nobel sejak pertama kali diciptakan pada 1901, bahkan dengan pergeseran mayoritas politik Norwegia. Panel ditunjuk sesuai dengan kekuatan partai di parlemen Norwegia.
"Saya tidak menyukai ini,” kata Asle Sveen, seorang sejarawan dan ahli Nobel soal demosi Jagland, mengatakan Tiongkok bisa menafsirkan penurunan Jagland sebagai permintaan maaf karena telah menganugerahi penghargaan untuk Liu.
Kullmann Five, yang telah berada di komite sejak 2003, membantah konsesi ke Beijing tersebut.
"Saya sepenuh hati mendukung penghargaan kepada Liu Xiaobo,” ujarnya.
Namun, Perdana Menteri Erna Solberg dari partai konservatif, berusaha untuk membatasi kerusakan hubungan dengan Tiongkok dan menolak untuk bertemu dengan pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama ketika ia mengunjungi Norwegia tahun lalu.
(stu)