Boston, CNN Indonesia -- Pengadilan terhadap pelaku pengeboman di ajang Marathon Boston, Dzokhar Tsarnaev kembali digelar, untuk pertama kalinya mendengarkan pernyataan pada pengacara pembela. Dalam pengadilan kali ini, pengacara pembela mengatakan bahwa Dzokhar dicuci otak dan dipengaruhi oleh kakaknya, Tamerlan.
Diberitakan Reuters, Dzokhar sebelumnya mengaku tidak bersalah atas 30 dakwaan terhadap dirinya, terkait pengeboman pada April 2013 lalu yang menewaskan tiga orang dan melukai 264 lainnya.
Pengadilan kali ini akan menentukan apakah Dzokhar bersalah dalam peristiwa penyerangan terbesar di Amerika Serikat setelah insiden 11 September 2001. Jika dinyatakan bersalah, maka tugas juri berikutnya adalah menentukan apakah dia akan dihukum mati atau tidak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengacara pembela, Judith Clarke, dalam pernyataannya coba meyakinkan juri bahwa pria 21 tahun itu hanya mengikuti jejak kakaknya, Tamerlan, yang saat itu berusia 26 tahun. Tamerlan terbunuh akibat terlindas mobil yang dikemudikan Dzokhar dalam pengejaran polisi.
Clarke tidak mengatakan kliennya tidak bersalah. Namun dia menekankan bahwa tindakan Dzokhar adalah berkat pengaruh kakaknya. Tamerlan, kata Clarke, adalah otak di balik penyerangan tersebut.
"Tamerlan yang radikal. Dzokhar hanya mengikuti dia. Bukti menunjukkan bahwa Tamerlan merencanakan dan merancang serta mengikutkan adiknya dalam tindakan mengerikan itu," kata Clarke.
Hakim George O'Toole mencoba mencegah Clarke untuk mengatikan Dzokhar dengan Tamerlan yang menurutnya akan dilakukan di sesi berikutnya setelah putusan bersalah ditetapkan. O'Toole juga beberapa kali menghentikan pernyataan Clarke yang menurutnya terlalu dalam mengorek masalah keluarga pelaku.
Sebelumnya, Asisten Jaksa penuntut William Weinreb mengatakan bahwa pelaku dan kakaknya dengan cermat memilih tempat mereka meletakkan bom untuk menekan AS agar menghentikan operasi militer di negara mayoritas Islam.
"Dia meyakini bahwa dirinya adalah tentara dalam perang suci melawan Amerika," kata Weinrab.
Tsarnaev saat itu duduk tanpa mengeluarkan sepatah katapun, mengenakan kemeja putih tanpa dasi. Dia dikenakan 30 dakwaan, termasuk meledakkan senjata pemusnah massal di tengah kerumunan publik.
Kedua bersaudara ini menggunakan bom yang dirakit dengan panci presto yang diisi paku dan benda-benda tajam. Tujuh belas dakwaan atas Dzokhar berimplikasi hukuman mati.
(den)