Tembak Kepala Murid, Kepala Sekolah di AS Diadili

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Sabtu, 07 Mar 2015 11:54 WIB
Shaun Harrison diadili atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap muridnya yang diduga ia pekerjakan untuk menjual ganja.
Shaun Harrison menembak muridnya saat mereka sedang berjalan meninggalkan rumahnya pada Selasa (3/3) petang. (Ilustrasi/Thinkstock/Alexei Novikov)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi kepala sekolah di Boston, Amerika Serikat, dan melakukan pelayanan di gereja lokal hingga 2012, Shaun Harrison dikenal sebagai panutan di lingkungannya. Namun, pada Kamis (5/3) ia diadili atas tuduhan percobaan pembunuhan dengan menembak kepala salah satu muridnya.

Menurut Asisten Jaksa Distrik Daerah Suffolk, David Bradley, saat menjadi kepala akademi di English High, Harrison menjalankan perusahaan distribusi mariyuana. Dalam sidang pembacaan tuduhan tersebut, Bradley mengatakan bahwa mantan kepala sekolah tersebut menembak seorang siswa berusia 17 tahun yang diduga dipekerjakan Harrison untuk menjual ganja.

Kejadian bermula ketika kedua orang ini sedang berjalan meninggalkan rumah Harrison pada Selasa (3/3) petang. Ketika terjadi percekcokan di antara keduanya, tiba-tiba Harrison menodongkan pistol ke kepala anak itu dari belakang dan menembaknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat insiden ini, anak yang belum dapat diungkap identitasnya tersebut mendapat luka tembakan tepat di belakang telinga kanan. Menurut Bradley, kini anak itu sedang dalam masa perawatan.

Insiden tersebut terekam dalam kamera pengintai, namun pihak kepolisian belum dapat merilisnya.

Dengan rekam jejak baik, orang-orang dekat Harrison tak ayal terkejut dengan pemberitaan ini.

Harrison telah menempati beberapa jabatan penting di Sekolah Publik Boston sejak 2010. Sejak 5 Januari lalu, Harrison akhirnya didaulat menjadi kepala akademis di English High School. Pekerjaan yang ia lakukan juga sangat berkorelasi dengan kemanusiaan.

"Ia melakukan beberapa pelayanan seperti mencari rumah untuk pelajar tunawisma, atau pelayanan sosial, atau alternatif disiplin lain," ujar perwakilan dari Sekolah Publik Boston, Denise Snyder, seperti dikutip CNN.

Dengan adanya peristiwa ini, Snyder mengaku terpaksa memberhentikan Harrison dalam tempo dekat.

Senada dengan Snyder, seorang pastor dari tempat Harrison biasa melakukan pelayanan, Gregory Groover, mengaku terkejut. Pasalnya, tuduhan itu sangat tidak sesuai dengan kepribadian Harrison yang ia kenal.

Saat Groover baru masuk Gereja Charles Street AME, Harrison sudah ditahbiskan menjadi pendeta Baptis. Menurut Groover, meskipun kerap melakukan pelayanan sendirian, Harrison sangat mudah bergaul dengan semua orang.

"Ia nampaknya sangat peduli dengan hati mendalam untuk menyelamatkan anak muda di jalanan atau terlibat geng, dipenjara. Itu adalah populasi yang menjadi pusat kehidupannya," tutur Groover.

Tak ayal, saat mendengar berita mengenai pengadilan atas Harrison ini, Groover mengaku tidak dapat berkata-kata.

Melihat rekam jejak yang begitu mulia di mata masyarakat, tak heran sebuah permohonan tidak bersalah langsung masuk ke pengadilan atas nama Harrison. Ia diberikan uang jaminan sebesar US$250 ribu dan kini berada dalam tahanan rumah.

Harrison diwajibkan menggunakan monitor pelacak GPS. Ia juga deperintahkan untuk menghindari kontak dengan korban.

Harrison dijadwalkan kembali ke pengadilan pada 6 April mendatang. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER