London, CNN Indonesia -- Dugaan kaburnya tiga gadis Inggris pada 17 Februari lalu menuju Turki untuk melanjutkan perjalanan ke Suriah dan bergabung dengan ISIS kini semakin meyakinkan. Pasalnya, menurut sumber terpercaya stasiun televisi Inggris, SkyTV News, mereka sudah berada di Raqqa, Suriah, wilayah yang diklaim ISIS sebagai ibukota.
Setelah menerima laporan hilangnya Shamima Bagum, Amira Abase, dan Kadiza Sultana dari rumah mereka di London untuk terbang ke Turki pada 17 Februari lalu, tim intelijen Inggris dan Turki langsung bergerak. Mereka memeriksa komunikasi telepon dan jejaring sosial ketiga anak tersebut.
Akhirnya ditemukan fakta bahwa sebelum kabur dari rumah, mereka menjalin komunikasi dengan seorang perempuan Inggris yang dipercaya merupakan perekrut ISIS, Aqsa Mahmood, melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut SkyTV News yang dirujuk Sputnik, kini ketiga gadis tersebut sudah berada di Raqqa di bawah perlindungan Mahmood.
"Mereka nampaknya sekarang sedang berada di sebuah rumah yang dimiliki atau dikontrol, atau setidaknya disediakan, oleh perempuan Inggris yang menghubungi mereka melalui internet, dan membawa mereka ke Turki untuk menuju ke Suriah," ucap pembawa acara SkyTV News seperti dikutip Sputnik, Senin (9/3).
Meyakinkan kembali kabar ini, pembawa berita tersebut berkata, "Kami diberi tahu oleh para sumber terpercaya di Kota Al-Raqqa bahwa mereka ada di sana, mereka aman."
Berita hilangnya ketiga pelajar ini tak ayal membuat pemerintah menaruh perhatian khusus terhadap sekolah-sekolah di Inggris, terutama tempat Bagum, Base, dan Sultana menuntut ilmu, Bethnal Green Academy.
Kini, empat siswa di sekolah tersebut di bawah pengamatan ketat kepolisian lokal karena dicurigai akan bergabung dengan ISIS. Mereka disinyalir juga telah dihubungi oleh Mahmood.
Menurut aparat hukum Inggris, pada 2014 lalu ada 22 perempuan hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Sebanyak 18 di antaranya berusia di bawah 20 tahun.
Guna menangkal laju warga yang melancong untuk bergabung dengan ISIS, pemerintah Inggris akan memperkenalkan rancangan undang-undang baru.
RUU ini akan memberi kewenangan kepada Menteri Dalam Negeri Inggris, Theresa May, untuk mencegah penerbangan membawa penumpang, termasuk anak-anak, yang akan bepergian untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan terorisme di luar negeri, seperti ke Suriah.
"Undang-undang yang penting ini akan mencegah orang-orang untuk bepergian ke luar negeri dan berperang lalu kemudian kembali," ujar James Brokenshire, seorang menteri junior di departemen May, dalam pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Inggris.
"UU juga akan meningkatkan kemampuan kita untuk memonitor dan mengontrol tindakan orang-orang yang menimbulkan ancaman," tandasnya.
RUU itu akan mengatur bahwa penerbangan memerlukan izin untuk membawa penumpang tersebut. Sistem akan otomatis memuat daftar orang yang berisiko tinggi dan mencegah mereka naik ke pesawat.
(den)