Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) dari Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, melontarkan protesnya terkait keterlambatan pemberitahuan dari pemerintah Taiwan ketika ada 21 WNI yang turut hilang bersama kapal berbendera Taiwan pada Februari lalu.
Kapal yang membawa 49 awak tersebut hilang kontak pada 26 Februari sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
"Kaptennya mengatakan ada kebocoran, di dek ada genangan air. Mereka mencoba untuk mengeringkan air itu. Jam 5 ditelepon lagi,
owner sudah
uncontactable," tutur Iqbal di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iqbal menyayangkan tindakan pemerintah Taiwan yang lamban memberikan informasi mengenai insiden ini.
"Kejadian tanggal 26 (Februari), kita baru disampaikan minggu lalu. Padahal kan tidak perlu menunggu sampai kepastian dia hilang atau tidak," ujar Iqbal.
Kapal Hsiang Fu Chun berbobot 700 ton ini merupakan kapal penangkap cumi-cumi. Di dalam kapal itu terdapat dua warga Taiwan, yaitu kapten kapal dan kepala kamar mesin. Selain itu, terdapat 11 pelaut asal Tiongkok, 21 ABK Indonesia, 13 warga Filipina, dan dua orang lainnya asal Vietnam.
Menurut Iqbal, sebagai otoritas, Taiwan seharusnya langsung memberikan notifikasi kepada negara yang warganya mengalami masalah.
"Jika ada
accident, negara yang punya warga negara di situ harus diberi notifikasi," kata Iqbal.
Tak mau terjadi saling tuding, Iqbal mengaku kini Kemlu akan fokus untuk proses pencarian WNI yang hilang.
Menurut data rekaman satelit, kapal yang berusia 28 tahun ini diketahui berada pada jarak 3.148 kilometer dari Kepulauan Falkland atau Malvinas saat dikabarkan hilang.
Mengoptimalkan upaya pencarian, Kemlu sudah menghubungi kedutaan besar Indonesia yang ada di sekitar lokasi hilangnya kapal. Menurut Iqbal, lokasi paling dekat dengan Pulau Falkland adalah Argentina. Untuk itu, Kemlu sudah menghubungi KBRI di Buenos Aires untuk membantu proses pencarian.
Selain itu, Kemlu juga menghimpun bantuan dari KBRI di London.
"Wilayahnya sendiri itu masih wilayahnya Inggris dan yang punya kapasitas untuk melakukan
rescue adalah Inggris karena punya peralalatan yang canggih. Jadi kita sudah minta KBRI kita di London untuk approach, untuk minta Inggris bantu kita," papar Iqbal.
Tak hanya dari jalur birokrasi, Kemlu juga sudah meminta bantuan tiga kapal ikan yang ada di sekita lokasi untuk merapat dan membantu melakukan pencarian. Namun, proses tersebut masih terkendala situasi.
"Tapi memang titik hilangnya itu berada di tengah lautan yang sangat sulit. Jauh sekali dari garis pantai dan kondisi cuacanya sangat tidak menguntungkan," kata Iqbal.
Selain mencari jejak, Kemlu juga terus menggali informasi mengenai status dan identitas 21 anak buah kapal asal Indonesia tersebut.
"Sekarang kita sudah punya namanya yang 21 WNI itu, yang ternyata diberangkatkan oleh agen-agen di Tegal. Beberapa menit ke depan ini saya akan bertemu dengan agen-agennya di kantor untuk mengetahui lebih lanjut terkait keberangkatannya," ucap Iqbal.
Pulau Falkland atau Malvinas merupakan pulau yang menjadi sengketa antara Inggris dan Argentina. Inggris menyebutnya Falkland, dan Argentina menyebutnya Malvinas. Pulau itu terletak 480 km dari Argentina dan lebih dari 12 ribu km dari Inggris.
(stu/stu)