Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang tenaga kerja wanita asal Indonesia meninggal dunia setelah enam hari koma akibat tertimpa beton di rumah penampungan agen di Hong Kong.
Elis Kurniasih, 33, mengalami luka parah di bagian pinggangnya hingga mengalami pendarahan hebat. Dia sempat diamputasi kaki kirinya sebelum menghembuskan nafas terakhir pada Senin sore (16/3).
Menurut Sringatin, koordinator Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI) Hong Kong, wanita asal Bandung, Jawa Barat, insiden itu terjadi pada 11 Maret lalu. Saat itu Elis sedang berada di rumah penampungan agen, menunggu untuk dipekerjakan di rumah majikannya di Makau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar pukul 4 pagi, kata Sringatin, Elis kejatuhan balok beton penyangga AC berbobot sekitar 60 kg setelah wudhu dan hendak shalat subuh. Lukanya sangat parah sehingga menghancurkan otot dan tulangnya, Elis koma.
"Darahnya tidak bisa dihentikan. Hari kedua dokter meminta persetujuan keluarga untuk memotong kaki kirinya sampai paha karena hanya itu satu-satunya cara yang bisa menghentikan pendarahan," kata Sringatin.
Operasi dilakukan sebanyak tiga kali, kondisi Elis masih kritis dan tidak sadarkan diri. Terjadi pembengkakan di kepalanya dan pupilnya membesar.
"Pada Senin ternyata kondisinya tidak membaik, detak jantungnya semakin lemah. Dia meninggal dunia pada jam 18.18," lanjut Sringatin.
Elis adalah orangtua tunggal dari dua anak berusia 10 dan 12 tahun. Sringatin mengatakan dia juga merupakan tulang punggung keluarganya di kampung.
Dia sudah bekerja untuk majikan pertama selama tiga tahun dan kemudian pindah ke majikan kedua melalui agen yang sama. Elis ke Macau untuk menunggu visa kerja baru dan kembali lagi ke Hong Kong pada tanggal 5 Maret 2015 setelah visa kerja resmi turun.
Namun majikan perempuan yang sedang hamil menyuruh Elis untuk menunggu selama dua bulan di rumah penampungan agen, sampai majikan melahirkan.
Konsulat Jenderal Indonesia dan Kementerian Luar Negeri belum bisa dihubungi untuk dimintai konfirmasi. Namun Sringatin mengatakan KJRI telah mendatangkan paman Elis ke Hong Kong.
Hari ini, lanjut Sringatin, jasad Elis akan diautopsi untuk dicari tahu siapa pihak yang paling bertanggung jawab atas insiden ini.
 Puluhan pekerja Indonesia di Hong Kong menggelar aksi demo pada Selasa (17/3) usai kematian Elis Kurniasih. (Dok.JBMI) |
Perlakuan buruk agenPuluhan pekerja Indonesia di Hong Kong menggelar aksi demo pada Selasa (17/3) di depan kantor agen Sun Light menuntut tanggung jawab.
Menurut Sringatin kasus ini sekaligus menjadi bukti terhadap perlakuan buruk agen penyalur TKI di Hong Kong. Agen Elis, Sun Light Employment Agency, adalah salah satu perusahaan penyalur TKI terbesar di Hong Kong yang menurut Sringatin banyak melakukan praktik buruk.
"Setelah kasus Elis, kami meminta seluruh korban Sun Light melapor. Dalam dua hari ada 50 orang yang lapor, mayoritas sama, mendapatkan perlakuan buruk, seperti tidak adanya tempat penampungan yang memadai, tanpa kasur, satu ruangan 30 orang, bahkan ada yang mengaku terpaksa tidur di taman-taman," ujar Sringatin.
Pihak agen mencoba membayar ganti rugi sebesar HK$50 ribu, sekitar Rp85 juta, pada keluarga Elis di Bandung. Namun ibunya mengaku belum menerima sepeser pun. Keluarga Elis juga menolak uang kompensasi itu karena tidak ingin hal ini menganggu proses penyelidikan.
Sringatin mendesak pihak KJRI agar menjadikan kasus Elis ini sebagai pelajaran untuk perbaikan sistem tenaga kerja, salah satunya adalah menghentikan pemaksaan para TKI menggunakan agen untuk memperpanjang kontrak.
"Kasus Elis tidak akan terjadi jika KJRI tidak memaksa buruh migran memakai agen dan menindak tegas agen yang mengambil uang pekerja, menyimpan paspor dan kontrak kerja. Selama ini KJRI tidak menganggap hal ini sebagai persoalan," kata Sringatin.
(stu)