Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS, melancarkan propaganda melalui berbagai macam jalur, salah satunya adalah majalah yang mereka namai Dabiq. Sejak Juli tahun lalu, sudah 7 edisi Dabiq diterbitkan.
Dabiq sendiri adalah nama sebuah kota kecil di bagian utara Suriah. Populasi kota ini hanya 3.000 orang. Kota ini dipilih sebagai nama majalah propaganda bukan hanya karena letaknya yang strategis, tapi karena disebut dalam salah satu hadits Nabi Muhammad soal keadaan akhir zaman.
Kota yang dalam hadits disebut "A'maq dan Dabiq" di dekat Damaskus itu dikatakan akan menjadi pertempuran terakhir antara bangsa Romawi dan pasukan Muslim di penghujung kiamat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Isi majalah ini sudah bisa ditebak. Propaganda, pembenaran atas pembunuhan dan aksi eksekusi para penentang, sandera dan kaum homoseksual. Dalam edisi terbaru tahun ini, salah satu artikel Dabiq menuliskan alasan mereka melakukan eksekusi bakar terhadap pilot jet tempur Yordania, Muath Kassesbeh.
Secara desain, majalah ini digarap dengan professional dengan lay-out seperti majalah populer lainnya. Yang membedakan, Dabiq tidak mengenal sensor gambar.
Pada edisi terbaru, banyak gambar-gambar sadis, salah satunya adalah saat Kassesbeh tewas dijilat api, atau kematian kaum homoseksual yang dilempar dari atas gedung, kemudian dirajam ketika tidak juga meninggal.
ISIS kemungkinan mencontoh Al-Qaidah yang juga menerbitkan majalah propaganda bernama Inspire. Pada salah satu edisinya, Inspire pernah memuat cara membuat bom dari alat-alat sederhana yang ada di dapur.
Hal inilah yang diduga menginspirasi kakak-beradik Tsarnaev membuat bom dari panci presto, menewaskan tiga orang saat diledakkan di ajang Boston Marathon, Boston, AS, tahun 2013 lalu.
Namun menurut Seth Jones, ahli di perusahaan analisis keamanan RAND Corporation, Dabiq punya misi yang berbeda dengan Inspire. "Majalah ISIS bertujuan untuk mengajak orang-orang untuk datang, untuk merekruit dan bergabung serta berperang dengan mereka," kata Jones pada CNN akhir tahun lalu.
 Majalah Dabiq edisi ke-7, menampilkan pembenaran ISIS atas pembakaran terhadap pilot jet tempur Yordania. |
Pengamat terorisme Indonesia Al Chaidar menilai, selain sebagai propaganda dan merekruit, majalah Dabiq juga menjadi alat untuk menyerang kelompok-kelompok yang berseberangan dengan mereka, memurtadkan dan mengkafirkan sesama Muslim yang menentang kekerasan ISIS.
"Mereka ingin memperlihatkan hal-hal yang kontroversial selama ini, salah satunya perseteruan dengan Jabhat Nusra di Suriah," kata Chaidar.
Majalah ini juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia dan dipublikasi oleh beberapa situs jihad. Chaidar mengatakan, penerjemahnya bisa jadi ada di Suriah atau di Indonesia. "Karena mereka memang menjadi corong ISIS di Indonesia," lanjut dia.
ISIS sendiri telah ditentang ideologinya oleh banyak kelompok Islam di negara ini. Salah satunya adalah Majelis Mujahidin Indonesia, MMI, yang dulu dipimpin oleh Abu Bakar Baasyir.
Menurut Ketua MMI saat ini, Irfan Awwas, propaganda lewat tulisan adalah salah satu cara yang ampuh untuk mempengaruhi pemikiran seseorang. Namun, dia mengatakan, propaganda ISIS tidak akan ampuh selama tidak sesuai dengan fitrah manusia.
"Apa yang dilakukan ISIS sekarang tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Yang kita bisa cermati dari karakter ISIS adalah pembantai," kata Awwas.
Awwas menegaskan, tindakan dan pembenaran atas kekerasan ISIS dalam majalahnya akan semakin merusak citra Islam.
"Semuanya omong kosong. Pembenaran atas tindakan yang menurut mereka ada dalam Islam justru telah merusak Islam," tegas Awwas.
(den)