Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai kasus video pelatihan anak ISIS berbahasa Indonesia yang sempat beredar di internet merupakan rekayasa.
"Saya pikir ada yang merekayasa itu (video anak ISIS), bisa saja dibuatnya di Tangerang atau daerah lain," kata JK di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (19/3).
Dalam video yang juga dimuat oleh salah satu media
online kelompok radikal berbahasa Indonesia itu, terlihat anak-anak berlatih memegang senjata dan mendapatkan pendidikan militan. Merupakan salah satu bentuk kampanye ISIS, video ini membuktikan bahwa ISIS tak hanya menyasar kaum muda, tapi juga anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun menurut JK, ISIS tidak bisa dilawan dengan kekerasan kembali tapi dilawan dengan ideologi yang baik termasuk melalui penguatan agama atau keyakinan dengan benar.
"Harus dilawan dengan dakwah yang baik, penjelasan yang baik," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah terus melakukan penyelidikan kasus video pelatihan anak ISIS berbahasa Indonesia yang sempat beredar di Youtube.
"Kami sedang cari. Walaupun kami menduga itu dari kelompok siapa. Dan karena mereka masih anak-anak jadi kami harus lebih berhati-hati sebelum kami memberikan satu statement, sehingga langkah kami enggak salah," kata Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman di Istana Negara, Rabu (18/3).
Marciano belum bisa memastikan apakah anak-anak tersebut adalah anak-anak Indonesia dan di mana lokasi pengambilan video itu. "Itu yang sedang kami lakukan pendalaman apakah benar itu anak Indonesia," ujar Marciano.
Langkah yang dilakukan oleh BIN untuk mendalami hal itu, sebut Marciano, adalah dengan bekerjasama dengan semua pihak. Antara lain Badan Nasional Penganggulangan Terorisme (BNPT), Kepolisian, Kementerian Luar Negeri dan seluruh counterpart BIN di luar negeri untuk berbagi informasi mengenai kebenaran tentang video tersebut.
Waspadai Kegiatan EkstrakulikulerPada hari yang sama Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo meminta generasi muda lebih mewaspadai kegiatan ekstrakulikuler yang berpeluang menjadi tempat awal perekrutan ISIS.
"Namun kita (Guru) mempunyai tanggung jawab moral untuk membimbing mereka termasuk lewat kegiatan keagamaan," katanya usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (19/3).
Melihat semakin meluasnya jaringan ISIS di Indonesia, PGRI meminta pemerintah segera menemukan formulasi preventif yang tepat. Karena dirasa saat ini belum ada upaya pencegahan nyata terhadap serangan ISIS ditanah air ini
"Namun pihak Guru tentu akan membanti memberikan bekal-bekal minimal agar sikap waspada dimiliki siswa," katanya.
(stu)