Maroko Bongkar Jaringan Militan ISIS

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 25 Mar 2015 11:47 WIB
Pemerintah Maroko berhasil membongkar jaringan militan yang berencana menjadi perekrut untuk afiliasi kelompok militan ISIS di Afrika Utara.
Pemerintah Maroko menahan 13 anggota jaringan militan dituduh tengah merencanakan serangan, dan disinyalir telah berbaiat setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS. (Ilustrasi/CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Marrakesh, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Maroko pada Senin (23/3) menyatakan telah berhasil membongkar jaringan militan yang berencana menjadi perekrut untuk afiliasi kelompok militan ISIS di Afrika Utara. 

Dilaporkan Reuters, jaringan militan tersebut beroperasi di beberapa kota termasuk dua tujuan wisata terbesar, Marrakesh dan Agadir.

Biro Pusat Investigasi Yudisial (BCIJ) yang berbasis di Kota Sale mengungkapkan sebanyak enam pistol dan sejumlah amunisi disita dari tempat persembunyian jaringan tersebut yang berlokasi di dekat kota selatan Agadir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, 13 anggota jaringan tersebut dituduh tengah merencanakan serangan, dan disinyalir telah berbaiat setia kepada Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok militan ISIS yang berperang di Suriah dan Irak. Anggota jaringan ini juga tengah berencana untuk mewujudkan cabang ISIS, yang disebut Negara Islam di Maghreb.

Sementara Aljazair pada Senin (23/3) mengevakuasi hampir 100 pekerja konstruksi Turki dari proyek jalan di timur Aljiers, setelah mendapat ancaman dari militan yang berafiliasi dengan ISIS.

BCIJ merupakan lembaga peradilan baru yang beroperasi di bawah dinas intelijen dalam negeri Maroko.

"Jaringan itu merencanakan serangan terhadap politisi dan anggota pasukan keamanan, dan mencuri senjata mereka," kata kepala CBIJ, Abdelhak Khayyam, kepada wartawan, dikutip dari Reuters, Senin (23/3).

Ratusan pejuang dari Maroko dan negara-negara Maghreb lain seperti Tunisia dan Aljazair telah bergabung dengan militan Islam dalam perang sipil Suriah.

Para ahli keamanan menyatakan sejumlah anggota militan telah pulang ke negara masing-masing dan menciptakan kelompok militan sempalan yang baru.

Hal ini terlihat dari mulai maraknya serangan-serangan di negara Afrika Utara. Pekan lalu, misalnya, Museum Bardo yang berlokasi di wilayah aman di ibu kota Tunisia diserang sekelompok orang bersenjata, menewaskan sekitar 23 orang, sebagian besar di antaranya adalah wisatawan asing.

Khayyam menyatakan sebanyak 1.354 warga negara Maroko telah berjuang dengan berbagai kelompok bersenjata di Suriah dan Irak. Sebanyak 220 orang telah kembali ke Maroko dan mendekam dalam tahanan.

Sementara 286 orang lainnya tewas, dan terdapat sekitar 158 ​​perempuan dan 135 anak-anak pergi ke Irak dan Suriah.

Pemerintah Maroko merupakan sekutu Barat yang melawan kelompok militan, kerap kali mengumumkan telah membongkar sel radikal yang dituduh merencanakan serangan di dalam dan di luar kerajaan.

Maroko telah menghadapi banyak serangan bom yang diduga dilakukan oleh para militan. Serangan bom terakhir terjadi pada 2011 di Kota Marrakesh. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER