-- Peluncuran serangan militer oleh koalisi negara Arab yang dipimpin oleh Saudi Arabia untuk menggempur kelompok pemberontak Houthi di Yaman pada Rabu (26/3) malam menggambarkan pergolakan di negara ini yang semakin meningkat.
Serangan yang dilakukan atas permintaan Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi ini menjadi gambaran terakhir dari kontes perebutan kekuasaan antara negara Muslim Sunni Arab dengan Iran, negara Muslim Syiah, yang tampaknya makin meningkatkan cengkraman di negara-negara Arab, mulai dari Irak hingga Lebanon, dan Suriah hingga Yaman.
Bersama dengan sekutunya, Saudi meluncurkan operasi militer besar-besaran sebagai upaya memukul mundur pemberontak Houthi yang semakin mendekati Aden, wilayah yang menjadi markas pemerintahan Abd-Rabbu Hadi setelah Houthi menguasai ibu kota Sana'a.
Silang sengkarut perebutan kekuasaan menjadikan Yaman sebagai salah satu negara Timur Tengah yang terpecah-pecah, miskin dan semakin lemah. Penasehat PBB di Yaman telah memperingatkan bahwa negara ini tengah berada di "ambang perang saudara".
Selama bertahun-tahun, negara ini dirongrong oleh berbagai kelompok militan yang bertikai satu sama lain. Siapa sajakah kelompok yang memperebutkan kekuasaan di Yaman?
Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi memimpin Yaman sejak Februari menggantikan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah 33 tahun menjabat.
Pada Agustus 2014 lalu, pemimpin Houthi menuntut Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi untuk membatalkan kenaikan harga BBM, mengerahkan ribuan massa Houthi dan membanjiri Sana'a. Situasi memanas, pertempuran antara militan Houthi dan tentara Yaman terjadi dan menewaskan puluhan orang.
Untuk mengakhiri pertempuran, rekonsiliasi nasional antara Houthi dan tentara Hadi disepakati pada 21 September 2014. Dalam perjanjian yang dihadiri oleh penasehat PBB untuk Yaman tersebut, disebutkan bahwa pemerintahan baru akan dibentuk dalam waktu tiga hari, Hadi menunjuk perdana menteri yang tidak memihak dan harga BBM diturunkan.
Sebagai gantinya, Houthi harus menarik mundur pasukan mereka dari Sanaa, serta melakukan gencatan senjata dalam pertempuran mereka dengan militer di wilayah Utara. Namun, Houthi menolak menandatangani lampiran keamanan dari isi perjanjian tersebut, dan menolak untuk mundur dari Sana'a.
Kejadian terus memanas hingga akhirnya Hadi sempat dilengserkan dan dijadikan tahanan rumah di istananya sendiri di Sana'a pada Februari lalu. Namun, selang beberapa hari, Hadi berhasil melarikan diri ke Aden, membentuk kembali pemerintahannya dan kembali menegaskan posisinya sebagai Presiden Yaman.
Serangan Houthi yang semakin mendekat ke Aden, membuat Hadi meminta pertolongan militer ke Arab Saudi. Saudi pun menjawab dengan mengerahkan operasi militer besar-besaran sejak Rabu (25/3) malam. Houthi muncul pasca runtuhnya pemerintahan Bani Hasyim yang menganut paham Syiah Zaidiyah tahun 1962 setelah memimpin Yaman selama lebih dari 1.000 tahun.
Nama Houthi berasal dari Hussein Badr al-Din al-Houthi, seorang pemimpin agama yang pertama kali mencetuskan gerakan ini dan selanjutnya menjadi tokoh sentral al-Houthi.
Berawal dari gerakan agama, al-Houhti memulai pemberontakan senjata mereka pada 2004, dengan dukungan dari pemimpin-pemimpin agama dan suku di wilayah Utara Yaman.
Setelah Hussein al-Houthi meninggal di akhir 2004, keluarganya melanjutkan pemberontakan al-Houthi melawan pemerintah Yaman, dan mendapatkan lebih banyak anggota.
Houthi mengklaim memiliki lebih dari 120 ribu anggota, baik pejuang bersenjata ataupun simpatisan dan loyalis, Sunni maupun Syiah.
Houthi, disinyalir dibantu oleh pendukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh, berseteru dengan militer Hadi untuk merebut pemerintahana. Houthi juga berseteru dengan sempalan al-Qaidah (AQAP) yang menganut Islam Sunni. Belakangan, ISIS juga mendeklarasikan peperangan dengan Houthi. Ketika gelombang revolusi Arab tiba di Yaman pada 2011, Houthi ikut menumbangkan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah berkuasa selama 33 tahun. Namun belakangan, Saleh dan pendukungnya berbalik mendukung Houthi untuk melawan tentara pemerintahan Hadi.
Setelah rezimnya runtuh dan berhasil selamat dari serangkan serangan yang menargetkan dirinya, Saleh menegosiasikan kekebalan hukum dari penuntutan atas kejahatan yang dilakukan ketika menjabat.
Dilansir dari Financial Times, motivasi awal Saleh dalam mendukung Houthi disinyalir karena ingin membalas dendam terhadap kaum konservatif Sunni yang meninggalkannya sewaktu dia lengser. Saleh dan keluarganya juga dikeluarkan dari militer, sebagai bagian dari upaya Hadi untuk menghapuskan kekuatan Saleh.
Pakar menilai Houthi menjadi alat Saleh untuk menggoyang pemerintahan Hadi. Tanpa bantuan Saleh dan loyalisnya, Houthi bahkan tidak mampu mempertahankan posisi dan berbagai serangan mereka yang gencar selama dua tahun terakhir.
Menurut laporan Dewan Keamanan PBB pada bulan lalu, Houthi menerima dibantu oleh loyalis Saleh ketika berhasil menguasai Amran, yang menjadi markas besar suku Sunni. Hal serupa juga terjadi ketika Houthi mengusai Sana'a pada September lalu.
"Houthi menerima bantuan yang besar dan terang-terangan dari Republican Guards yang dipimpin oleh anggota keluarga Saleh dan memfasilitasi invasi mereka selama mengendalikan gedung-gedung pemerintah dan kementerian di Sana'a," bunyi laporan PBB. AQAP merupakan afiliasi dari al-Qaidah, yang terbentuk pada 2009, dan bermarkas di Yaman selatan. AQAP diumumkan setelah Al-Qaidah dilarang beroperasi di Arab Saudi selama tiga tahun sejak pemimpin kelompok ini, Osama Bin Laden, tewas dalam pertemuran dengan tentara Amerika Serikat.
Pemimpin AQAP di Yaman, Nasser al-Wahayshi, pernah menjadi rekan bin Laden, yang ayahnya lahir di Yaman.
Pada 2011 lalu, Menteri Luar Negeri Yaman pernah menyatakan bahwa anggota kelompok ini telah mencapai 300 orang. Tidak diketahui jumlah pasti anggota AQAP dalam beberapa tahun belakangan.
Pada 5 Desember 2013, serangan AQAP terhadap Kementerian Pertahanan Yaman di Sana'a, menewaskan sedikitnya 56 orang.
AQAP, yang menganut Islam Sunni, kerap berseteru dengan Houthi yang menganut Syiah. Balas membalas serangan terus terjadi oleh kedua kelompok ini.
Sejak kelompok Houthi merebut ibukota Sana'a pada bulan September lalu, dan AQAP mulai mengembangkan serangan di beberapa kota lainnya di seluruh penjuru Yaman. Serangan teranyar terjadi pada pertengahan Februari lalu, ketika AQAP meluncurkan serangan fajar di pangkalan militer besar di provinsi Shabwa, Yaman selatan. rab, AQAP, di Yaman menyatakan diri telah membelot ke ISIS. Kelompok militan yang berupaya mendirikan Negara Islam di Irak dan Suriah mulai meluaskan eksistensinya di luar dua negara tersebut. Selain beberapa serangan di Tunisia, Libya, dan sejumlah negara Eropa, simpatisan ISIS juga meluncurkan serangan di Yaman.
Serangan terbaru diluncurkan ISIS lewat lima bom bunuh diri yang meledak bersamaan di dua masjid, yaitu Masjid Badr dan Masjid Hashush, ketika waktu shalat Jumat pekan lalu. Serangan ini menewaskan 137 orang.
Pada pertengahan Februari lalu, Sekelompok pejuang militan Islamis yang sebelumnya anggota al Qaedah di Semenanjung Arab, AQAP, di Yaman menyatakan diri telah membelot ke ISIS.