Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Behavioral Sciences and the Law menyatakan hampir 9 persen dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat memiliki masalah emosional, pemarah, mudah dipancing untuk berkelahi dan memiliki paling tidak sepucuk senjata api.
Riset tersebut merupakan hasil penelitian sejumlah pakar dari Universitas Harvard, Columbia dan Duke terhadap 5563 responden dari seluruh penjuru AS melalui sistem wawancara tatap muka soal gangguan mental yang diluncurkan sejak awal tahun 2000an. (Baca:
Bocah di AS Tembak Mati Adiknya lalu Bunuh Diri)
Para penulis penelitian mengklaim bahwa ini adalah penelitian pertama yang menemukan hubungan antara kepemilikan senjata dan perilaku pemarah, yang bukan penyakit mental yang dapat didiagnosis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perilaku impulsif yang tidak terkendali, merusak, berbahaya. Orang yang sering berteriak, dan seringkali menghancurkan sesuatu atau berkelahi secara fisik, seperti mematahkan hidung orang lain," kata penulis utama penelitian ini, Jeffrey Swanson dari Duke University, dikutip dari The Washington Post.
Riset menyebutkan bahwa tahun 2012 saja terdapat sebanyak 11.622 orang tewas dan 57.077 lainnya terluka dalam tindakan kekerasan dengan senjata api yang disengaja di AS. Angka tersebut sudah termasuk sejumlah penembakan massal fenomenal di Sandy Hook dan Aurora.
Kedua kasus terakhir memang membuat para anggota parlemen berupaya menemukan cara untuk menjauhkan warga AS yang pemarah dari senjata api. Namun, penelitian ini menunjukkan upaya lebih diperlukan untuk mengurangi tingkat kematian dari insiden senjata api yang sangat tinggi di AS.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mereka yang pemarah kerap kali menempatkan senjata di dekat mereka dan turut membawa senjata tersebut keluar rumah.
Menurut penelitian Swanson, sebagian besar orang yang pemarah dan memiliki senjata adalah pria paruh baya yang tinggal di daerah pinggiran kota besar. Swanson mencontohkan Craig Stephen Hicks, pria yang menembak tiga mahasiswa Muslim di Carolina Utara. (Baca juga:
Rumah Pembunuh Muslim di AS Persis 'Gudang Senjata')
"Tindak kejahatan yang dilakukan dengan senjata memiliki dua unsur: senjata dan orang yang berbahaya. Jika kita tidak bisa secara luas membatasi akses hukum untuk kepemilikan senjata, kita harus fokus kepada orang-orang yang berbahaya," kata Swanson.
Meskipun demikian, sifat pemarah yang terkadang tidak bisa didignosis mempersulit pelarangan kepemilikian senjata bagi orang-orang tertentu.
Undang-undang Federal AS telah memberikan pembatasan akses senjata kepada orang-orang yang terkait tindak pidana kejahatan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Meskipun demikian, Swanson dan rekan-rekannya menilai harus ada kerangka hukum yang mencakup kepemilikan senjata dengan pecandu alkohol.
(ama/stu)