Washington, CNN Indonesia -- Mantan tentara bayaran Blackwater divonis penjara seumur hidup atas kasus pembantaian warga Irak di Baghdad tahun 2007 lalu. Tiga eks Blackwater lainnya yang terlibat divonis penjara 30 tahun.
Diberitakan Reuters, vonis yang dijatuhkan di pengadilan Washington pada Senin (13/4) mengakhiri kasus yang membuat marah warga Irak dan memicu sentimen anti-Amerika di seluruh dunia.
Insiden yang terjadi pada 16 September 2007 itu juga memicu ketegangan antara Irak dan AS dalam perundingan soal kehadiran tentara Amerika di negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kasus di persimpangan jalanan Baghdad itu juga memicu perdebatan soal peran perusahaan keamanan swasta asal Amerika di medan perang.
Keempat tersangka terbukti bersalah telah menyerang warga sipil Irak dengan senapan mesin dan granat, termasuk kepada wanita anak-anak di dekat Alun-alun Nisur. Saat itu, empat truk Blackwater tengah membuka jalan bagi rombongan diplomat Amerika.
Blackwater berdalih bahwa penembakan itu dilakukan karena ada kekhawatiran serangan bom di jalan. Sebanyak 20 orang tewas dan 17 lainnya terluka dalam penembakan tersebut.
Nicholas Slatten, 31, divonis penjara seumur hidup karena membunuh sopir mobil yang diduga terdapat bom. Sementara Paul Slough, 35, Evan Liberty, 32, dan Dustin Heard, 33, didakwa atas pembunuhan, divonis masing-masing 30 tahun penjara.
Sebelum vonis dibacakan, Hakim Royce Lamberth mengatakan bahwa ini adalah sebuah kasus luar biasa. "Jelas anak-anak muda ini hanya panik. Tapi tindakan liar yang terjadi tidak bisa dibiarkan oleh pengadilan ini," kata Lamberth.
Jaksa penuntut mendesak pengadilan untuk memberikan hukuman yang lebih berat pada tiga terdakwa. Keempat eks Blackwater ini tetap bersikeras tidak bersalah dan akan mengajukan banding.
Perusahaan Blackwater asal North Carolina sudah dijual dan beberapa kali ganti nama usai insiden itu. Sekarang Blackwater bernama Academi dan bermarkas di Virginia.
Hadir di pengadilan, Fatimah Al Fahdwi, ibu dari bocah berusia 9 tahun yang terbunuh dalam peristiwa itu membawa foto putranya. Ia histeris saat melihat keempat terdakwa.
"Mengapa kalian melakukan ini pada saya? Mengapa kalian membunuh putra saya," kata Fahdwi sambil menangis.
(stu)