Jakarta, CNN Indonesia -- Isu mengenai penggunaan bahan kimia dalam konflik Suriah sudah lama terdengar, meski begitu, belum ada tindakan apapun dari lembaga internasional.
Pada Kamis (16/4), Reuters melaporkan anggota Dewan Keamanan PBB berkaca-kaca saat para dokter Suriah menunjukkan video saat mereka berusaha menyelamatkan tiga anak yang menjadi korban serangan gas klorin pada Maret lalu, namun gagal.
Anak-anak berusia 1, 2 dan 3 tahun, orang tua serta nenek mereka tewas pada 16 Maret dalam serangan terhadap desa Sarmin di provinsi Idlib, kata Dr. Mohamed Tennari, direktur rumah sakit di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan pemerintah dan oposisi di Suriah telah membantah menggunakan klorin di 'bom barel,' yang menurut Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dijatuhkan dari helikopter. Angkatan Udara Suriah, adalah satu-satunya pihak dalam konflik itu yang diketahui memiliki helikopter.
Tennari, Dr. Zaher Sahloul, Presiden Komunitas Medik Suriah Amerika, dan Qusai Zakarya, yang selamat dari serangan gas sarin di Ghouta, dekat Damaskus pada Agustus 2013, memberikan penjelasan dalam pertemuan tertutup informal yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat.
Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power, mengatakan itu adalah "pertemuan yang sangat tidak biasa dan sangat emosional."
"Jika ada mata yang kering di ruangan, saya tidak melihatnya,” kata Powers.
Beberapa orang lain yang juga hadir menambahkan, banyak yang menangis.
"Orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan ini harus didakwa,” Power mengatakan kepada wartawan.
"Jika kita tidak bertindak atas ini maka pihak lain akan percaya bahwa mereka dapat melakukan hal semacam ini dengan impunitas dan itu akan menyedihkan," kata Duta Besar Selandia Baru untuk PBB, Jim McLay.
Tahun lalu Dewan Keamanan gagal untuk merujuk perang saudara di Suriah (kini memasuki tahun kelima) ke Mahkamah Pidana Internasional, ICC, untuk menyeret mereka yang bertanggung jawab pada kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Rusia yang menjadi sekutu Suriah, didukung pula oleh Tiongkok, memveto langkah itu.
Serangan terhadap Sarmin terjadi 10 hari setelah 15 anggota DK PBB mengutuk penggunaan klorin sebagai senjata di Suriah dan mengancam akan mengambil tindakan jika senyawa itu digunakan lagi.
Klorin bukanlah zat terlarang, namun penggunaannya sebagai senjata dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia 1997, dan Suriah bergabung dalam konvensi itu pada 2013.
Sebuah misi pencari fakta dari OPCW sedang memeriksa serangan di Sarmin tetapi lembaga itu tidak memiliki mandat untuk menetapkan siapa yang bertanggung jawab.
Rusia mengatakan diperlukan bukti kuat untuk menentukan siapa yang harus disalahkan atas setiap serangan kimia sebelum dewan bisa mengambil tindakan.
(stu)