Jakarta, CNN Indonesia -- ISIS saat ini berada cukup dekat dengan kediaman Presiden Suriah dan bisa saja masuk ke pusat ibu kota Damaskus lewat terowongan.
Dilansir The Independent pada Jumat (10/4), hal itu diungkapkan oleh Omar Ashour, seorang ahli Timur Tengah, peneliti dari lembaga
think-tank Chatham House dan dosen senior di Studi Keamanan Universitas Exeter, Inggris.
ISIS saat ini hanya berada sekitar lima kilometer dari lokasi Presiden Bachar al-Assad di Istana Kepresidenan Suriah, setelah mereka merebut kamp pengungsi Palestina, Yarmouk, yang menampung sekitar 18 ribu pengungsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ashour mengatakan Damaskus sekarang berada dalam kondisi ”kritis”. Ia juga mengatakan perang di dalam Yarmouk bisa menjadi panjang, tergantung langkah selanjutnya yang akan diambil oleh rezim Assad dan kelompok ektremis.
Dalam aliansi yang tidak biasa, pemerintah Suriah telah menawarkan dukungan militer kepada pejuang Palestina untuk memerangi ISIS dan mengusir kelompok itu dari kamp.
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad bertemu dengan delegasi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pekan ini.
"Suriah dan PLO bertekad untuk memerangi terorisme, yang telah mencapai kamp Palestina di Suriah, terutama Yarmouk," katanya setelah bertemu delegasi. Penawaran ini adalah salah satu yang dilaporkan telah diterima oleh faksi-faksi Palestina.
Aktivis mengatakan pasukan rezim telah mulai melakukan pemboman ke arah kamp pengungsi dan sekitar Hajar al-Aswad yang berada di dekatnya "tanpa pandang bulu" sebagai tanggapan atas invasi ISIS.
Namun, Ashour mengatakan beberapa minggu mendatang, militer suriah kemungkinan akan mengambil strategi untuk melangkah mundur dan mengizinkan ISIS mengisi kevakuman.
"Isis akan melakukan bagian pekerjaan untuk memerangi kelompok militan Islam dan revolusioner lain, meluncurkan perang gesekan," kata Ashour. "Rezim itu akan menghabisi mereka kemudian lewat pemboman udara. Tetapi jika keluar dari kendali dan ISIS mampu memanfaatkan itu, maka rezim akan membuat perhitungan yang salah. Ini akan menjadi masalah yang akan terjadi dalam waktu dekat.”
Kamp Yarmouk mulai diinfiltrasi oleh kelompok militan Front Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan kelompok pemberontak lain lebih dari setahun lalu, dan sejak itu tiap kelompok bertarung untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar di dalam kamp. ISIS sendiri mulai masuk ke Yarmouk awal April lalu.
BACA: ISIS Rebut Kamp Pengungsi Palestina di DamaskusMenurut Ashour, ISIS sepertinya tak akan melakukan aliansi dengan kelompok lain di dalam kamp, dan akan memfokuskan usaha mereka untuk memasuki Damaskus.
“Saya pikir yang mungkin terjadi adalah bahwa ISIS akan terus bertarung di dalam Yarmouk. Pendekatan mereka selalu tersentralisir, jika tak ada komando dan kendali yang tersentral, mereka akan terus bertempur. Sepertinya mereka akan mendatangnkan bantuan pasukan lain, dan memperoleh kemenangan dan sentralisasi, Ini adalah apa yang diperhitungkan oleh rezim,” ujarnya.
(stu)