Tangani Kekerasan Anti-Imigran, Afsel Kirim Pasukan Militer

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 21 Apr 2015 23:08 WIB
Afsel telah mendapat banyak kritik dari Tiongkok, Nigeria dan Zimbabwe, karena dianggap telah lalai dalam melindungi imigran dari kekerasan geng.
Afsel telah mendapat banyak kritik dari Tiongkok, Nigeria dan Zimbabwe, karena dianggap telah lalai dalam melindungi imigran dari kekerasan geng. (REUTERS/Siphiwe Sibeko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) mengirim pasukan tentara pada Selasa (21/4) untuk menangani kekerasan kepada imigran yang terjadi di kawasan Durban dan Johannesburg, di mana sekitar tujuh orang telah tewas dalam tiga minggu terakhir.

Afsel telah mendapat banyak kritik dari negara lain, seperti Tiongkok, Nigeria dan Zimbabwe, karena dianggap telah lalai dalam melindungi imigran dari kekerasan geng.

Para geng tersebut merusak tempat usaha yang dimiliki para imigran. Pada Minggu (19/4), sebuah surat kabar memberitakan kalau pria asal Mozambik dipukuli hingga tewas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Pertahanan Nosiviwe Mapisa-Nqakula juga melaporkan kalau sepasang warga Zimbabwe ditembak di Johannesburg pada Senin (20/4). Beruntung nyawa pasangan tersebut berhasil diselamatkan.

Pada Selasa, empat pria berusia 18-22 tahun, telah ditahan di Johannesburg dengan tuduhan tindak pencurian yang disertai dengan pembunuhan atas pria asal Mozambik, Emmanuel Sithole, pemilik usaha kaki lima.

Pelaku menutup kepala korban sebelum membunuhnya. Kasus tersebut akan kembali disidangkan pada 4 Mei 2015.

Saat sidang, sejumlah orang melakukan aksi protes.

"Itu adalah tindakan yang keji. Mereka tidak seharusnya membunuh," kata Fulufhelo Ravhura, warga Johannesburg.

"Pria itu hanya menjual permen dan rokok, bagaimana bisa ia dituduh mencuri pekerjaan orang lain?," lanjutnya.

Kekerasan terhadap imigran muncul setelah wabah pengangguran dan kemiskinan meningkat tajam di sana.

Ditambah, Raja Zulu Goodwill Zwelithini memberikan pernyataan yang kemudian memicu banyaknya kekerasan terhadap imigran.

Ratusan warga Malawi berunjuk rasa di Afsel pada Selasa, dengan tuntutan akan memboikot bisnis di sana jika Raja Zwelithini tidak menarik komentarnya.

Menteri Penerangan Malawi, Kondwani Nankhumwa mengatakan pada Senin kalau dua warganya telah terbunuh dalam kekerasa anti-imigran. Saat ini ia sedang berencana untuk memulangkan sekitar 3.000 warganya ke Malawi.

Di Zambia, bahkan dua stasiun radio telah berhenti memutarkan lagu dari musisi-musisi Afsel.

Tahun 2008 tentara Afsel telah berhasil menghentikan kekerasan anti-imigran setelah 60 warga asing terbunuh.

"Akan ada banyak kritik mengenai pengiriman pasukan ini, tetapi mereka yang sedang terancam akan sangat menghargai usaha kita," kata Nqakula dalam sambutannya saat melepas pasukan yang akan dikirim ke Johannesburg dan Durban.

(ard/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER